Jakarta, NU Online
Lokakarya yang diselenggarakan antara Badan Restorasi Gambut dan Lembaga Pengembangan Pertanian PBNU di Hotel Grand Cempaka Jakarta Pusat, dari 30 Maret hingga 2 April mengusung tema "Mengimplementasikan Konsep Aswaja dalam Pertanian di Lahan Gambut".
Menurut Deputi Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan BRG Myrna A Safitri pengangkatan tema tersebut agar tidak terjadi pemahaman yang memisahkan antara persoalan keagamaan dan non-agama, seperti dalam hal pertanian. Baginya, aktivitas bertani bagian dari ibadah.
"Ini kan konsep yang kita bawa agar tidak ada pemisahan antara keagamaan dan non-agama karena bertani juga bagian dari ibadah," kata Myrna di Hotel Grand Cempaka Jakarta Pusat, Sabtu (31/3).
Oleh karena itu, sambungnya, para petani NU juga perlu memahami prinsip-prinsip tentang ketidakbolehkan berbuat zalim dalam menjalin hubungan yang harmonis, baik dengan sesama manusia maupun dengan alam, yakni dengan cara mengatur tata air dan menjaga keseimbangan alam. Menurutnya, Ahlussunnah wal Jamaah memiliki konsep hubungan antara manusia dengan sesama manusia dan alam.
"Itu semua kan konsep-konsep Aswaja sangat kuat dan kental. Tinggal implementasinya saja," ucapnya.
Ia juga mengatakan bahwa pelibatan warga NU dalam lokakarya karena pihaknya mmeandang, selama menangani ratusan desa di area lokasi gambut, sebagian besar berisi warga NU. "Dalam pengamatan kami, selama kami bekerja dengan ratusan desa, sebagian besar dari warga NU," kata Myrna.
Untuk itu, sambungnya, NU sebagai organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia pun sudah sepantasnya diajak dalam pelibatan melestarikan ekosistem gambut.
"Jadi kader-kader NU yang banyak dan mempunyai banyak keahlian untuk ikut bersama memberikan sumbangsih sebagai upaya pelestarian ekosistem," ucapnya. (Husni Sahal/Mahbib)