Jakarta, NU Online
Guru Besar Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Profesor Azwar Maas mendorong penuh pelaksanaan konservasi lahan gambut di daerah Kepulauan Riau. Upaya itu dinilai penting agar Indonesia tidak mengalami kehilangan batas negara dengan Malaysia dan Singapura.
Menurutnya, jika tidak dilakukan konservasi akan terjadi kerusakan yang membentuk serat, menggerus dan mengakibatkan gambut terpisah dari daratan. Jika serat tersebut dibiarkan maka semakin lama akan semakin melebar.
"Jadi seandainya ini tidak kita konservasi, tidak dijaga dengan bagus, ketika gambut masuk air laut, maka gambut itu abrasi atau roh. Gambunya engalami dispeksi karena gambutnya larut,” kata Profesor Azwar Maas saat menjadi pembicara utama Kuliah Umum Daring yang digelar BRG, Rabu (6/5).
Ia menambahkan, strukitur tanah gambut di wilayah kepulauan yakni di Provinsi Riau berdasarkan risetnya merupakan jenis gambut yang berasal dari daratan. Namun, iklim telah merubahnya menjadi serat sekitar 5000 tahun yang lalu. Karena itu penting dilakukan konservasi lahan gambut agar serat tersebut tak merugikan masyarakat dan negara.
“Ada kerusakan yang membntuk selat, ini cepat sekali meggerus dan membuat gambut ini terpisah dari daratannya,” tuturnya.
Pemerintah dalam hal ini BRG, ucap dia, harus fokus bagaimana agar 600 ribu hektar termasuk gambut yang terdapat di daerah kepulauan dapat terselamatkan. Tidak hanya bergantung pada proses kanalisasi lahan gambut, pemulihan dapat dilakukan dengan cara konservasi kubah gambut dan pembukaan lahan dengan cara tidak dibakar.
Selain itu dapat pula diupayakan menanam kembali tanaman tahunan yang ramah terhadap muka air tanah yang cukup dangkal. Hal-hal itulah, menurut Ketua Kelompok Ahli di BRG ini, yang bisa menyelamatkan lahan gambut di daerah kepulauan.
Jika masyarakat dan negara lalai, memprediksi 100 sampai 200 tahun kedepan tidak ada lagi Kepulauan Riau disebabkan oleh melebarnya selad gambut. Indonesia pun akan kehilangan batas negara dengan Malaysia dan Singapore.
“Kalau ini terlalu kita manfaatkan kanalisasi, maka gambut terbakar. Penghilangan Pulau ini dalam 100 sampai dengan 200 tahun kedepan kita tidak akan mencoba pulau ini. Dan sekarang saja jaraknya udah 30 KM dari pantai utama, kita akan kehilangan batas negara dengan Singapore dan Malaysia,” ujarnya.
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan