Akses Bireuen–Aceh Utara Segera Pulih, Jembatan Bailey Mulai Kembali Dibangun

Bireuen, NU Online

Harapan baru mulai muncul di tengah kerusakan infrastruktur dan jalur logistik yang terputus akibat banjir bandang yang melanda kawasan Bireuen dan sekitarnya. Setelah beberapa hari akses Bireuen–Aceh Utara lumpuh total, material Jembatan Bailey akhirnya tiba di lokasi dan proses pemasangannya mulai dikebut.

Banjir bandang yang membawa gelombang lumpur, bebatuan, dan kayu gelondongan dari hulu Sungai Peusangan menyebabkan sejumlah jembatan strategis rusak berat hingga putus. Berdasarkan laporan sebelumnya, sedikitnya delapan jembatan rangka baja dan empat jembatan gantung di sepanjang kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Peusangan terdampak parah.

Jembatan rangka baja yang rusak meliputi:

• Rancong–Kutablang
• Jembatan Jalur Nasional Kutablang
• Pante Lhong–Peusangan
• Penutup Ruang Tamu–Distrik Selatan
• Ulee Jalan–Peusangan Selatan
• Teupin Mane–Juli (Nasional)
• Salah Sirong–Juli
• Krueng Tingkeum–Jalur Nasional

Selain itu, empat jembatan gantung yang selama ini menjadi jalur harian warga menuju sekolah, kebun, pasar, dan fasilitas kesehatan juga tersapu banjir.

Kerusakan besar ini menyebabkan krisis kemanusiaan sekaligus krisis konektivitas regional. Jalur Medan–Bireuen–Banda Aceh yang menjadi urat nadi distribusi bahan pokok, BBM, obat-obatan, dan bantuan kebencanaan lumpuh total.

Warga Sambut Kedatangan Jembatan Bailey

Kedatangan material Jembatan Bailey menjadi titik balik bagi warga. Usman Abdullah, salah seorang warga Bireuen, mengatakan pembangunan jembatan tersebut bukan hanya urusan teknis, tetapi juga menyangkut kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.

“Ini bukan hanya jembatan besi. Ini urat nadi kehidupan. Selama jalur ini putus, masyarakat kehilangan akses untuk kebutuhan pokok,” ujarnya, Senin (1/12/2025).

Warga merasakan dampak langsung dari putusnya akses tersebut: suplai makanan terbatas, harga kebutuhan pokok melonjak, pedagang tidak bisa beraktivitas, dan mobil ambulans tidak dapat melintas. Aktivitas pendidikan pun terhenti karena banyak siswa dan guru tidak bisa mencapai sekolah.

“Kalau pembangunan ini selesai sesuai target, insyaallah kehidupan kembali berjalan. Kami berharap kualitasnya kokoh agar tahan terhadap bencana ke depan,” tambahnya.

Seruan Kebersamaan dan Evaluasi

Tokoh masyarakat dan agama juga memberikan dukungan moral. Tgk H Lutfhi Arongan, pimpinan Dayah Harapan Umat Simpang Mamplam (Ayah Panti), menyebut bahwa musibah ini menjadi ruang refleksi dan penguatan solidaritas.

“Bencana adalah ujian. Tetapi di baliknya Allah menyiapkan hikmah. Pembangunan jembatan ini bagian dari ikhtiar kita untuk bangkit,” ujarnya.

Pengurus PCNU Bireuen juga menyampaikan apresiasi kepada pemerintah, TNI, relawan, dan berbagai pihak yang terus bekerja membantu masyarakat.

“Ketika musibah datang, bukan waktunya saling menyalahkan. Ini waktunya saling menguatkan,” katanya.

Ia mengajak masyarakat menjaga persatuan serta menghindari gesekan sosial di tengah situasi yang masih rentan.

Kebutuhan Mendesak Warga

Selain pemulihan akses, kebutuhan warga di lapangan masih sangat besar. Mereka membutuhkan:

 

• sembako dan air bersih,
• pakaian layak pakai,
• alas tidur dan selimut,
• perlengkapan bayi,
• obat-obatan dan layanan kesehatan,
• serta dukungan logistik lainnya.
• Banyak rumah warga masih terendam lumpur dan sebagian penduduk masih tinggal di posko pengungsian.
• Target Pemasangan Empat Hari

Hingga berita ini diturunkan, proses pemasangan Jembatan Bailey ditargetkan selesai dalam empat hari, bergantung pada kondisi cuaca dan stabilitas tanah. Di tengah proses pemulihan, warga berharap jembatan sementara ini menjadi pintu awal menuju perbaikan infrastruktur secara menyeluruh.