Nasional

As’ad Ali: Terhadap ISIS, Kita Tidak Akan Tinggal Diam

Jumat, 27 Maret 2015 | 11:45 WIB

Semarang, NU Online
Wakil Ketua Umum PBNU, Dr H As'ad Said menjelaskan, ISIS dalam jangka waktu dua tahun sejak 2013 memproyeksikan pengaruhnya di seluruh Timur Tengah, Turki/Balkan, dan Afrika Tengah/Barat.<>

Dikatakannya, dalam periode lima tahun, pengaruh ISIS bisa saja merambah ke Asia Selatan, Asia Tengah, dan Asia Tenggara termasuk ke Indonesia.

"Mimpinya seperti itu, tapi kalau kita diam, itu bisa terjadi. Saya pikir kita tidak akan diam, karena kita adalah penerus ajaran para wali," papar As'ad Ali dalam seminar nasional yang diadakan oleh Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Rabu (25/3) kemarin.

ISIS memaksakan sistem politik khilafah Islamiyah yang dimulai di Irak dan Suriah. Menurut As’ad, dulu umat Islam belum memiliki konsep sistem politik pasca runtuhnya Turki Utsmani (1924). Kemudian muncul berbagai perdebatan untuk menggantikan konsep kekhalifahan Turki Utsmani ini, diantaranya adalah konsep negara bangsa. 

Menurutnya, ada dua negara yang telah melakukan eksperimen politik yang cukup berhasil yakni model Arab Saudi dan model Indonesia. Kedua model ini berbeda dengan Barat dalam memisahkan agama dan negara. 

"Indonesia dengan negara moralitas agama, bukan negara agama bukan pula negara Islam, bisa juga dikatakan negara Islam, tapi dikurangi dengan hudud (hukum kriminal)," tandasnya.

Bila menilik sistem politik Arab Saudi, tambahnya, hanya cocok untuk negara itu sendiri, tetapi sulit diterapkan di negara lain. Berbeda dengan Indonesia yang memiliki Pancasila, lebih mudah ditiru negara muslim yang multikultur.

“Sebut saja Afghanistan yang sekarang mendirikan Nahdlatul Ulama Afghanistan setelah beberapa kali berkonsultasi ke PBNU. Dengan kata lain pola pikir dan akhlak ala NU atau Islam Nusantara menjadi alternatif bagi kalangan umat Islam dunia,” terangnya.

Dalam kegiatan ini, KSMW juga menghadirkan ulama Afghanistan, Fazal Ghani Kakar dan Ahmad Zin Anwari serta Ketua Ikatan Intelektual Timur Tengah yang juga Rais Syuriah PWNU Jateng, Dr KH Fadlolan Musyafa. (M Zulfa/Fathoni)