Nasional

Cara Menang Perang Lawan Virus Covid-19 dan Kemunduran Ekonomi

Selasa, 19 Mei 2020 | 13:32 WIB

Cara Menang Perang Lawan Virus Covid-19 dan Kemunduran Ekonomi

Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi meyakini peran serta NU sangat penting dalam situasi pandemi Covid-19 (Foto: Kemlu.go.id)

Jakarta, NU Online
Kemunculan virus Corona atau Covid-19 tidak saja berdampak pada kesehatan masyarakat dunia, tetapi juga kemunduran ekonominya. Tak ayal, bangsa internasional saat ini tengah berperang melawan dua hal, virus Corona itu sendiri dan turunnya ekonomi.
 
Memenangkan perlawanan terhadap dua musuh tersebut harus dilakukan dengan sinergi dan kolaborasi antarpihak. Mereka tidak bisa dilawan oleh individu pemerintah saja, tetapi juga seluruh elemen masyarakat, khususnya organisasi masyarakat, termasuk Nahdlatul Ulama.
 
Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi meyakini peran serta NU sangat penting dalam hal tersebut mengingat para anggotanya merupakan pemimpin agama.
 
“Saya yakin pemimpin agama memiliki peran penting untuk memastikan keberlangsungan persatuan bangsa Indonesia ini,” katanya saat Silaturahim Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Sedunia pada Selasa, (19/5).

Retno yakin dengan sinergi yang kuat, kebersamaan yang tulus, dan kolaborasi yang ikhlas, kita semua dapat memenangkan jihad lawan Covid-19 dan penurunan ekonomi. “Bersama insyaallah kita akan bisa memenangkannya,” ujarnya.
 
Sinergi pemerintah dan masyarakat di negara demokrasi ini merupakan sebuah keniscayaan. Peran NU dan organisasi keagamaan lainnya, menurutnya, sangat penting antara lain dalam tiga hal.

Pertama, soal edukasi publik, khusususnya terkait covid-19. Sebagai organisasi massa yang besar di Indonesia, NU berperan penting untuk mendukung kesuksessan upaya bangsa Indonesia untuk memenangkan perang melawan pandemi. Menurutnya, NU memiliki modal yang sangat besar untuk dapat melakukan edukasi publik terkai dengan Covid-19. Hal itu mengingat tingginya kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap NU dan jaringan NU yang sangat luas dapat menjangkau masyarakat baik di dalam dan luar negeri.
 
Kedua, soal penguatan mental and spiritual bagi masyarakat. Di tengah banyaknya prediksi perang melawan pandemi ini akan berlangsung lama, masyarakat akan hidup dengan suatu kenormalan yang baru untuk menghadapinya. Maka, peran tokoh dan ulama NU, menurutnya, ada di sini untuk memberikan ketenangan dan dukungan spiritual bagi masyarakat. “Diharapkan akan dapat memperkuat sistem imun,” katanya.
 
Di samping itu, NU juga dapat memupuk rasa persatuan bangsa. Sebab, tugas kita di tengah Covid-19 ini adalah saling melengkapi, saling membantu, dan saling menopang satu sama lain. “Dengan bersatu, kita akan semakin kuat menghadapi tantangan ini. Kita harus tutup potensi perpecahan, termasuk bagi masyarakat Indonesia di luar negeri,” katanya.
Di situlah, katanya, PCINU di seluruh dunia memiliki peran yang sangat penting untuk menjadi perekat anak bangsa Indonesia di seluruh penjuru dunia. “Kita semua harus memasitikan tidak ada yang tertinggal,” ujarnya.
 
Pembina Satgas Covid-19 NU H Andi Najmi Fuadi menyampaikan bahwa NU telah melakukan upaya-upaya preventif untuk mencegah persebaran virus pandemi ini dengan mendirikan Satgas pada 10 Maret 2020 serta menunda Munas dan Konbes yang sedianya dilaksanakan pada pertengahan Maret lalu. “Inilah kontribusi NU yang paling besar dalam mencegah Covid-19,” katanya.
 
Upaya preventif Satgas ini dengan mendirikan 32 posko di tingkat provinsi dan lebih dari 300 posko di tingkat kabupaten dan kota. Satgas juga memproduksi dan melakukan disinfektasi di tempat-tempat yang banyak orang, mendistribusikan pembersih tangan (hand sanitizer), serta membuat protokol kesehatan pemulangan santri hingga  protokol pelaksanaan rukyatul hilal yang aman sesuai dengan situasi yang ada.
 
“Kami bersinergi mendukung pemerintah. Sahabat-sahabat juga membantu para duta besar. Kami berharap di mana PCINU ada dapat bersinergi,” katanya.
 
Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan dari PCINU, KBRI, dan KJRI yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Hadir pula Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Abdullah Alawi