Curahan Hati Nakes: Paling Penting bagi Kami Kepercayaan Masyarakat
Rabu, 7 Oktober 2020 | 09:05 WIB
Jika dukungan kepada tenaga medis terus mengalir dari masyarakat dan pemerintah, maka pelayanan terhadap pasien Covid-19 pun akan semakin maksimal. Karena tidak ada beban yang mengganggu pikiran tenaga medis saat menjalankan tugas.
Abdul Rahman Ahdori
Kontributor
Jakarta, NU Online
Salah seorang tenaga medis merasa sedih ketika angka Covid-19 terus mengalami peningkatan sementara elit politik berdebat hebat di media massa. Bahkan, yang lebih membuat sakit hati kalangan perawat dan dokter adalah munculnya narasi negatif yang menyudutkan rumah sakit.
Kepada NU Online, Rabu (7/10), tenaga medis yang setiap hari menangani pasien Covid-19 di Rumah Sakit Haji, Jakarta, dr Mahesa Parandipa mengaku keletihan mengurus pasien Covid-19.
Kata dia, yang membuat hati tersayat ketika kepercayaan masyarakat kepada tenaga medis mulai berkurang akibat polemik yang muncul di lini masa. Padahal, yang dibutuhkan tenaga medis saat ini adalah dukungan dari masyarakat dan pemerintah dalam menangani pasien Covid-19.
“Sebenarnya kepercayaan itu yang penting,” kata dr Mahesa.
Jika dukungan kepada tenaga medis terus mengalir dari masyarakat dan pemerintah, maka pelayanan terhadap pasien Covid-19 pun akan semakin maksimal. Karena tidak ada beban yang mengganggu pikiran tenaga medis saat menjalankan tugas.
dr Mahesa menceritakan, akibat Covid-19, rekan-rekan tenaga medis di rumah sakit rujukan merasa kelelahan. Bahkan beberapa Nakes frustrasi karena angka Covid-19 yang semakin hari semakin meningkat. Sementara kondisi rumah sakit tidak hanya untuk menampung pasien Covid-19.
Akhirnya dalam beberapa kesempatan, pasien umum harus dipindahkan ke tempat lain. Beberapa RS di Jakarta, lanjut dia, harus menambah ruangan akibat banyaknya ruangan yang digunakan untuk pasien Covid-19.
Keadaan lain yang menyangkut sosial ekonomi tenaga medis umum yakni tutupnya praktik disebabkan tidak adanya pasien yang memeriksa ke fasilitas kesehatannya.
Sebagai manusia biasa, tenaga kesehatan yang mengandalkan gaji dari RS atau dari kegiatan praktik justru harus gigit jari, sebab jam kerjanya yang dikurangi dan hilangnya pendapatan. Hal jelas itu berpengaruh terhadap kondisi ekonomi rumah tangga mereka yang berprofesi sebagai dokter atau perawat.
“Persoalan lain misalnya kurangnya Alat Pelindung Diri (APD) di RS. Makanya kami sering mengajukan penambahan APD agar lebih lengkap lagi,” katanya.
Untuk diketahui, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus mengalami penambahan. Bertambahnya jumlah ini semakin memperlihatkan bahwa penularan virus corona saat ini masih terjadi dan belum dapat dikendalikan pemerintah.
Berdasarkan data yang diperoleh NU Online, dalam sehari jumlah pasien Covid-19 bertambah di atas 4.000 orang. Data Selasa (6/10) kemarin saja terdapat penambahan 4.056 kasus baru Covid-19. Kini, total keseluruhan orang terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia berjumlah 311.176 orang.
Terlepas dari data ini, beberapa elit politik justru menyudutkan pihak rumah sakit. Beberapa rumah sakit dinilai beberapa orang telah meng-covid-kan pasien yang tidak sama sekali tertular Corona.
Kegiatan meng-covid-kan pasien umum ini diketahui untuk meraup keuntungan rumah sakit. Atas masalah ini, beberapa tenaga medis dan organisasi kesehatan di Indonesia angkat suara.
Mereka meminta pihak-pihak yang menyudutkan untuk membuktikan tuduhan itu di ranah hukum. Sebab informasi itu membuat para tenaga medis yang sedang fokus menjalankan tugasnya terganggu.
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua