Nasional

Datangi Rapimnas Pagar Nusa, BNPT: Radikalisme Dikembangkan dari Lapas

Jumat, 27 Maret 2015 | 06:01 WIB

Semarang, NU Online
Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penaggulangan Terorisme (BNPT) Prof Dr Irfan Idris MA memastikan radikalisme tidak muncul dari pesantren. Beberapa kasus menunjukkan bahwa radikalisme justru dikembangkan dari lembaga pemasyarakatan (lapas).<>

“Pernah ada seorang peneliti Barat yang menyamar menjadi pengajar bahasa Inggris. Ia meyimpulkan bahwa tidak ada ajaran radikalisme di pesantren. Dia bahkan tidak mau balik dan ingn terus hidup dalam suasana damai di pesantren,” katanya.

Irfan Idris dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Pencak Silat NU Pagar Nusa di Pondok Pesantren Azzuhri Ketileng Semarang, Jum’at (27/3), mengatakan, dalam kurikulum pesantren, apalagi telah terdaftar di Kementerian Agama, tidak satu pun ditemukan materi yang mengajarkan radikalisme dan terorisme.

Dia menambahkan, justru radikalisme bisa muncul dan dikembangkan dari lapas. “Pertama karena di sana kurang SDM dan kedua over kapasitas,” katanya.

Menurutnya, bahkan ada petugas lapas yang menjadi pengikut narapidana teroris. “Hari pertama dia memarah-marahi narapidana. Tapi berikutnya dia terus diceramahi tentang agama dan tentang jihad dan hari kedua dia jabat tangan, dia diceramahi lagi akhirnya hari ketiga dia cium tangan,” katanya.

Dikatakan, para teroris yang berada di lapas perlu penanganan ekstra. Jika tidak ditangani dengan tepat justru dari lapas itu mereka menyebarkan radikalisme.

“Misalnya di lapas itu hanya keluarga yang boleh menjenguk, tapi mereka boleh membawa handphone. Ini harus kita waspadai. Sekarang kita ada pemikiran para teroris itu dipindahkan semua tahannya ke tempat jang jauh,” katanya.

Dalam kesempatan itu ia menerangkan, 12 dari 16 warga Indonesia diduga telibat ISIS telah dipulangkan dari Suriah. BNPT akan melakukan pembinaan dengan berbagai pendekatan baik pendekatan agama, psikologi, maupun kewirausahaan.

“Kalau perlu kita memakai pendekatan hipnotrapis. Saya kira Pagar Nusa banyak yang ahli di bidang ini,” katanya.

Di hadapan para pimpinan Pagar Nusa yang hadir dari berbagai daerah di Indonesia, ia berharap para pendekar tidak hanya berlatih silat tetapi juga membekali diri dengan berbagai pengetahuan dan pendalaman keislaman.

“Kita juga perlu mengimunisasi nahdliyin dari serangan ideologi kelompok radikal. Jangan sampai kita didebat (oleh kelompok radikal) tidak bisa menjawab,” katanya. (A. Khoirul Anam)