Nasional

Dubes Sudan Kunjungi PBNU, Bahas Kerja Sama Pendidikan dan Investasi Ekonomi

Kamis, 7 Desember 2023 | 17:30 WIB

Dubes Sudan Kunjungi PBNU, Bahas Kerja Sama Pendidikan dan Investasi Ekonomi

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf didampingi sejumlah pengurus PBNU bersama Dubes Sudan untuk Indonesia Yassir Mohamed Ali idampingi dengan Deputi Misi Kedutaan Besar (Kedubes) Sudan di Indonesia, Sid Ahmed M Alamain. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menerima kunjungan Duta Besar Sudan untuk Indonesia Yassir Mohamed Ali. Didampingi dengan Deputi Misi Kedutaan Besar (Kedubes) Sudan di Indonesia, Sid Ahmed M Alamain, Dubes Ali menjumpai langsung Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta pada Kamis (7/12/2023).


Rombongan Kedubes Sudan diterima langsung oleh Gus Yahya didampingi oleh Katib Syuriyah PBNU KH Faiz Syukron Ma'mun, Wakil Ketua Umum (Waketum) PBNU KH Zulfa Mustofa, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBNU Sulaeman Tanjung dan Ahmad Ginanjar Sya'ban. 


Wasekjen PBNU Ginanjar mengatakan, pertemuan tersebut membahas beberapa isu strategis untuk memperkuat kerja sama antara Sudan dan Indonesia, khususnya dengan Nahdlatul Ulama.


Salah satu fokus pembicaraan adalah peningkatan kerja sama di bidang pendidikan. Dubes Ali menyampaikan harapannya agar kerja sama di bidang pendidikan dapat terus ditingkatkan.


“Saat ini terdapat sejumlah pelajar Indonesia di Sudan yang signifikan yang sedang dipulangkan karena politik Sudan yang tidak stabil,” kata Ginanjar. 


Selain itu, Ginanjar menyebut bahwa Sudan melihat Indonesia sebagai negara dengan perkembangan ekonomi yang signifikan dan menginginkan bantuan dari PBNU untuk memfasilitasi investasi ekonomi dari Indonesia ke Sudan. 


“Indonesia, pada saat ini, terhitung sebagai negara yang perkembangan ekonominya signifikan dan sebagai salah satu negara Muslim dunia yang perkembangan ekonominya patut diperhitungkan,” papar dia.


Sudan menyoroti potensi di sejumlah sektor seperti peternakan, pertanian, dan sumber daya alam yang dapat dieksplorasi. Mereka berharap NU dapat membantu dalam mewujudkan forum pertemuan antara pelaku bisnis Sudan dan Indonesia.


“Pihak Kedutaan Sudan meminta tolong kepada PBNU bagaimana bisa membantu fasilitasi diadakannya forum pertemuan antara para businessman Sudan dan Indonesia,” paparnya.


Ginanjar menyebut bahwa Gus Yahya menanggapi positif permintaan tersebut. Ia menyatakan kesiapannya untuk memfasilitasi pertemuan antara pengusaha dan pelaku bisnis dari kedua negara guna membahas potensi kerja sama investasi.


Selama pertemuan, Dubes Ali juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Indonesia yang telah menjadi inspirasi dan motivasi dalam perjuangan kemerdekaan Sudan. 


Dubes Ali mengungkapkan bahwa Indonesia, melalui Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada tahun 1955, memberikan dorongan besar kepada Sudan untuk mencapai kemerdekaannya.


“Pada saat itu, Sudan sudah menjadi peserta dalam KAA, tapi statusnya masih belum merdeka. Beliau mengungkapkan kalau di antara deretan bendera-bendera negara peserta KAA, ada satu bendera di sana berwarna putih dan ada tulisan Sudan saja. Inspirasi kemerdekaan Sudan adalah Indonesia melalui sosok inspiratifnya Presiden Soekarno,” urai dia.


Selain membahas kerja sama bilateral, Dubes Ali juga mengungkapkan ketertarikannya untuk belajar dari proses demokrasi di Indonesia Sudan menganggap prosesi demokrasi di Indonesia sebagai contoh yang patut dipelajari, terutama karena saat Sudan masih berada dalam kondisi konflik.