Gus Baha Dorong Ahli Al-Qur'an Tidak Hidup Minder di Masyarakat
Selasa, 18 Maret 2025 | 11:00 WIB
Syarif Abdurrahman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Pakar Tafsir Al-Qur'an KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) meminta para penghafal Al-Qur'an tidak merasa minder dan kecil hati ketika hidup di masyarakat. Karena hafal Al-Qur'an, mencintai Al-Qur'an,dan memahaminya adalah anugerah besar dari Allah Swt.
"Ahli Al-Qur'an harus percaya diri, kalau dia punya sesuatu yang sangat terhormat yaitu hafal Al-Qur'an," jelasnya seperti dikutip dari akun Youtube NU Online, Selasa (18/3/2025).
Gus Baha lalu menjelaskan, logika sederhananya, ketika seseorang memiliki 10 sapi dan mobil, maka ia memiliki tanggung jawab besar. Ia akan dihisab dengan harta dan semua yang ia miliki. Namun, ketika seseorang hafal 10 juz, maka tidak ada hisabnya, apalagi hafal seluruh Al-Qur'an.
"Ini bukan urusan sombong, ini urusan melawan hawa nafsu. Tidak boleh orang ahli Al-Qur'an tidak bisa menikmati Al-Qur'an. Pikiran seperti ini sudah minoritas. Orang yang bersikap seperti saya sudah minoritas," imbuh Gus Baha.
Dikatakannya, seharusnya ahli Al-Qur'an sadar bahwa yang namanya enak itu adalah memiliki sesuatu yang bebas hisab dan dekat dengan Allah. Namun, fakta hari ini malah menganggap yang namanya enak itu adalah memiliki harta banyak.
Bahkan, pemikiran seperti menganggap kalah sama yang punya harta melimpah, merasa minder dengan memiliki Al-Qur'an sudah banyak dan tidak merasa salah. Akhirnya para kiai dan penghafal Al-Qur'an bicara tentang hal tersebut bukan lagi jadi aib.
"Bagi saya yang masih waras, ngomong begitu adalah aib. Sebenarnya melihat fakta ini saya biasa saja. Cuma menjelaskan agar kamu yakin bahwa tradisi atau pemikiran begitu tidak benar. Semoga diampuni Allah," tegas Gus Baha.
Gus Baha meminta secara khusus pada seseorang yang sudah diberikan Al-Qur'an oleh Allah (hafal) kemudian ia berpendapat atau berpikiran kalau ia lebih rendah dari orang lain setelah melihat ada orang lain yang lebih berharta ketimbang dia. Atau merasa ada orang lain yang diberikan sesuatu yang lebih dari dirinya.
"Maka ia bearti menyepelekan sesuatu yang dihormati Allah. Al-Qur'an itukan sangat-angat agung, misalnya saya ketemu gubernur lalu merasa orang ini lebih mulia dibandingkan saya, punya sesuatu di atas saya, berarti saya menyepelekan Al-Qur'an hanya karena merasa gubenur lebih keren daripada saya. Tidak boleh," pinta Gus Baha.
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini berpendapat bahwa seseorang yang berpikir bahwa jabatan dan harta lebih mulia dari Al-Qur'an orang yang berpikiran duniawi. Sudah menganggap sesuatu yang potensi dihisab, bahkan terkadang didapatkan dengan cara tidak halal dianggap itu lebih baik dari Al-Qur'an.
"Ketika didatangi orang yang naik Alphard lalu merasa minder. Berkecil hati, meskipun hafal Al-Quran, tapi naik onthel, tapi ada yang naik Alphard. Orang kayak begini bodoh sekali. Pemikiran begini bahaya sekali," tutupnya.
Terpopuler
1
Kultum Ramadhan: Nuzulul Qur'an, Momen Mengenal Keagungan Al-Qur'an
2
RUU TNI Izinkan Prajurit Aktif Jadi Anggota MA dan Jaksa Agung, Ketua PBNU: Tidak Masuk Akal
3
Kultum Ramadhan: Jadikan Al-Qur’an sebagai Sahabat dan Penolong di Akhirat
4
Konflik Agraria, Ratusan Orang Diduga Suruhan PT LPI Hancurkan Joglo Juang Milik Petani Pundenrejo Pati
5
Kultum Ramadhan: Mari Jadikan Al-Qur’an sebagai Pedoman Hidup
6
Pengukuhan Abiya Kuta Krueng sebagai Pimpinan Dayah Darul Munawarah, Abu MUDI: Jaga Warisan Keilmuan dan Kepemimpinan
Terkini
Lihat Semua