Nasional

Gus Dur Sudah Siapkan Banyak Kader NU Andal

Selasa, 16 Juni 2015 | 12:30 WIB

Jakarta, NU Online
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) telah lama wafat. Mantan Presiden RI dan Mantan Ketua PBNU tersebut selama hidupnya dikenal sangat besar jasanya dalam meleburkan spirit Islam Damai di Nusantara, bahkan di dunia.
<>
Kendati Gus Dur telah meninggal dunia, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tetap optimis semangat beragama yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah tetap tumbuh subur di Indonesia. Sebab, Gus Dur telah lama menyiapkan banyak kader andal.

Hal demikian ditegaskan Sekjen PBNU KH Abd Mun'im saat menjadi pemateri dalam workshop Penguatan Jaringan Anti-Radikalisme di Dunia Maya untuk ulama muda di Jakarta, Selasa (16/6). Acara tersebut dihadiri perwakilan pesantren, pegiat website Islam, dan kontributor NU Online.

"Kader andal yang kami maksudkan salah satunya ialah antum sekalian. Mari kita tebar paham Aswaja ala NU lewat media secara massif dan istikamah," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, H Abd Mun'im mengungkapkan cerita Gus Dur tentang seorang kiai yang begitu sabar dalam melakukan dakwah Islam via dakwah kultural di Papua. Suatu waktu, ujarnya menirukan gaya bicara Gus Dur, tokoh Papua datang ke kiai tersebut untuk masuk Islam dan akan mengajak kaumnya.

Tokoh Papua tersebut tampak terkejut ketika tahu betapa mudahnya masuk Islam: cukup membaca kalimat Syahadat. Sang kiai juga mengajarkan cara shalat secara telaten. Ketika hendak shalat, tokoh Papua tadi berpakaian adat yang tidak menutup auratnya.

"Si kiai tersebut tidak menegur cara berpakaiannya. Beliau fokus pada penanaman spiritual keislaman secara bertahap," terang Abd Mun'im.

Suatu waktu, tokoh Papua tadi hendak berkurban. Dan yang dibawa adalah babi.

"Ada lelucon di Papua, betapa fanatiknya masyarakat setempat terhadap babi. Jika bareng anak kecilnya, orang Papua tetap memberlakukan istimewa pada babi. Si anak jalan kaki, sementara babinya digendong," kata Kiai Mun'im yang disambut gelak tawa hadirin. 

Nah, tambahnya, si kiai lagi-lagi tidak menegur perilaku tokoh Papua yang muallaf itu. Babi tetap disembelih, tetapi sebatas diberikan ke kaum tokoh Papua itu. Secara pelan-pelan, si kiai memberikan pemahaman keIslaman secara kaffah.

Hingga akhirnya, banyak masyarakat Papua yang memeluk Islam tanpa melewati jembatan kekerasan. Cukup melalui dakwah Islam yang damai. (Hairul Anam/Mukafi Niam)