Nasional

Gus Ulil Jelaskan Rahasia Kitab Al-Iqtishad fi Al-I’tiqad karya Imam Al-Ghazali

Jumat, 24 Maret 2023 | 18:00 WIB

Gus Ulil Jelaskan Rahasia Kitab Al-Iqtishad fi Al-I’tiqad karya Imam Al-Ghazali

Ketua Lakpesdam PBNU, H Ulil Abshar Abdalla. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lakpesdam PBNU) Ulil Abshar Abdalla atau Gus Ulil menjelaskan rahasia kitab Al-Iqtishad fi al-I’tiqad karya Imam al-Ghazali.


Kitab tersebut ia kaji setiap malam Ramadhan 1444 seusai shalat tarawih. Menurut Gus Ulil, kitab Al-Iqtishad merupakan pemikiran Al-Ghazali dalam bidang akidah.


“Keunikan kitab ini, dari judulnya sudah mengatakan isinya. Kata Al-Iqtishad bermakna jalan tengah dan fi al-I’tiqad berarti dalam masalah akidah. Jadi kitab Al-Iqtishad membahas jalan tengah dalam akidah,” jelasnya seperti dikutip dari akun Youtube Ghazalia College, Kamis (23/3/2023).


Gus Ulil menjelaskan, jalan tengah yang dipilih Al-Ghazali dalam kitab ini merupakan ciri khasnya dalam bersikap. Jalan tengah ini sebenarnya tidak hanya diyakini Al-Ghazali, tapi diikuti mayoritas umat Islam dunia dan dianggap oleh ulama sebagai jalan yang adil.


Imam Ghazali dalam fikih mengikuti Imam Syafi’i, mayoritas pengikut mazhab Syafi’I dan Maliki berakidah Ahlussunnah wal Jama’ah.


Ciri khas Ahlussunnah wal Jama’ah yaitu mengambil jalan tengah di antara dua titik ekstrem. Ekstrem kiri dan ekstrem kanan.


Dalam bidang akidah, maksud dari Al-Ghazali mengambil jalan tengah, setidaknya berdiri di antara muktazilah yang sangat rasional ekstrem dan hasyawiyah (kelompok yang bertumpu pada pemahaman harafiyah, teks, tidak mau melakukan penalaran rasional).


“Ciri khas cara pandang al-Ghazali yaitu selalu mengambil jalan tengah dalam banyak hal. Dalam bidang akhlak semisalnya, seseuatu disebut akhlak ketika itu di tengah-tengah,” imbuhnya.


Lebih lanjut, contoh sifat tengah yang dipilih Al-Ghazali yaitu mengelola syahwat dan emosi secara bijak, tidak berlebihan, tapi juga tidak menghilangkan syahwat dan emosi.


Secara naluri manusia memiliki kecenderungan, kekuatan, daya dalam dirinya berupa syahwat dan emosi atau marah. Dua kekuatan ini ada secara alami dalam diri manusia.


Syahwat dan emosi, perasaan marah pada diri manusia itu tidak jelek. Menjadi jelek ketika marah berlebihan dan tidak dikendalikan. Begitu juga masalah syahwat, jika terlalu minus maka akan jelek. Bisa-bisa mengalami rasa sakit karena tidak punya hasrat untuk makan, dan melakukan hal lainnya. 


“Begitu juga sebaliknya, ketika syahwat tidak bisa dikendalikan maka akan berbahaya. Akhlak menurut Al-Ghazali berada di tengah antara syahwat yang lemah dan syahwat yang berlebihan,” tegas Gus Ulil.


Dikatakan, metode penyusunan Al-Ghazali pada kitab Al-Iqtishad berdasarkan kepada empat pembahasan utama: pertama, pembahasan mengenai dzat Allah; kedua, pembahasan mengenai sifat-sifat Allah; ketiga, pembahasan mengenai asma-asmanya Allah.


Adapun pembahasan keempat, Al-Ghazali membaginya menjadi empat bab pembahasan: pembahasan mengenai teori kenabian, eskatologi, imamah dan sekte-sekte Islam yang wajib dikafirkan. Ghozali dalam kitab ini juga menggunakan metoda rasional, tidak murni menggunakan tekstual.


Kitab Al-Iqtishad fi al-I’tiqad merupakan sebuah kitab akidah level menengah, bukan lagi membahas tentang basic atau dasar. Karena itu dalam kitab ini ada pembahasan yang menuntut untuk berpikir secara serius. Belum masuk tingkat advance. 


“Dalam beberapa penjelasan di kitab Al-Iqtishad ini membuat bingung dan butuh mikir. Namun, secara umum kitab ini mudah dipahami, hanya beberapa saja sulit dipahami,” tandas Gus Ulil.


Kontributor: Syarif Abdurrahman

Editor: Fathoni Ahmad