Nasional

Gus Ulil: Manfaat Puasa Buat Jiwa Makin Sensitif Secara Rohani

Ahad, 9 Maret 2025 | 23:00 WIB

Gus Ulil: Manfaat Puasa Buat Jiwa Makin Sensitif Secara Rohani

Gus Ulil saat mengisi kajian menjelang buka puasa bersama Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) Jepang, Ahad (9/3/2025). (Foto: tangkapan layar Youtube KMII Jepang)

Jakarta, NU Online

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla mengatakan bahwa manfaat puasa adalah membuat jiwa semakin sensitif secara rohani.


“Salah satu manfaat puasa adalah membuat jika kita semakin sensitif secara rohani. Karena manusia itu tempatnya lengah, suka salah, suka seenaknya maka manusia ini perlu ada momen sensitif untuk melembutkan kembali hatinya,” ujar Gus Ulil dalam acara Ramadhan Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) Jepang 1446 H dengan tema Satu Iman Satu Ukhuwah: Memperkuat Keimanan dan Keberagaman Muslim Indonesia di Negeri Sakura, pada Ahad (9/3/2025).


Gus Ulil menyampaikan bahwa ada sebuah hadits yang menyampaikan bahwa satu dosa membuat satu titik di dalam jiwa rohani, sehingga ketika makin banyak titiknya maka dapat membuat hati menjadi keras.


“Ada di salah satu hadits ketika orang melakukan kesalahan satu titik saja di dalam rohani kita, jadi satu dosa satu titik. Kalau titik satu tidak berpengaruh apa-apa, tapi kalau titik terus-menerus membuat hati kita mengeras,” kata Gus Ulil, sebagaimana ditayangkan melalui Kanal Youtube KMII Jepang


Ia menyampaikan bahwa dengan mengerasnya hati maka hilang rasa sensitif rohaninya.


"Ketika jiwa kita keras maka kita tidak sensitif, tidak lagi responsif terhadap rangsangan dari luar,” katanya.


Gus Ulil mencontohkan jika jiwa rohani yang keras, tidak akan peduli dengan kejadian apa pun yang ada di sekitarnya.


“Ada peristiwa sosial di sekitarnya, tidak bergerak jiwanya, itu semua terjadi karena jiwa manusia mengalami pengerasan,” ungkapnya.


Ia menegaskan, apabila jiwa manusia terus mengeras maka menjadi tidak sensitif. Bahkan, jiwa manusia yang mengeras tidak lagi menangkap isyarat atau ayat-ayat Allah yang ada di sekitar.


Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Islam (UNUSIA) itu menyampaikan bahwa Ramadhan menjadi momen yang spesial untuk membuat jiwa rohani menjadi sensitif dan dapat meningkatkan kepekaan terhadap alam sekitar.


“Dalam pandangan Islam, terutama orang-orang sufi, segala hal yang ada di dunia bukan sesuatu yang netral-netral saja, semua yang ada di alam ini sebagai ayat, sebagai tanda, sebagai sains,” katanya.


“Cuman namanya tanda hanya ada manfaatnya jika bertemu dengan orang yang dapat membaca tanda. Segala hal yang ada di dunia merupakan tanda, Allah itu setiap detik mengirimkan tanda, tapi bagaimana caranya kita membaca tanda-tanda itu?" tambahnya.