Syarif Abdurrahman
Kontributor
Yogyakarta, NU Online
Intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU) Gus Ulil Abshar Abdalla membantah pendapat yang mengatakan bahwa Al-Ghazali penyebab kemunduran dunia Islam dan membunuh filsafat.
Pernyataan tegas ini disampaikannya saat berdialog dengan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Al Makin, dan diunggah di akun Youtube Al Makin Books, Kamis (6/1/2022).
"Menurut saya tidak betul Ghazali membunuh filsafat. Karena banyak orang menganggap begitu. Ketika orang membaca kitab Al-Munqidz Min ad-Dlala, orang akan tahu bahwa Ghazali tidak anti filsafat," jelasnya.
Menurutnya, tuduhan Ghazali membunuh filsafat itu tidak benar, yang tepat ialah yaitu Al-Ghazali punya konsepsi filsafat sendiri yang sesuai dengan akidah asy'ariyah.
Dalam teori Ghazali, filsafat terbagi menjadi enam, yaitu matematika, logika, terkait fenomena alam (fisika, biologi), ilmu ilahiah yaitu ontologi (ilmu ilahiat bermakna umum) dan teologi (ilahiat makna khos), lalu ada filsafat etika politik dan etika moralitas.
"Al-Ghazali keberatan pada filsafat hanya bagian menyangkut ilahiat, terutama bermakna khos (teologi)," ujar pria yang akrab disapa Gus Ulil ini.
Gus Ulil menambahkan, dalam masalah ilahiat tersebut, Al-Ghazali hanya mengkritik dalam 20 masalah. Di 20 masalah tersebut menurutnya ada pendapat filsuf yang bermasalah.
Penolakan yang diberikan oleh Gus Ulil ini sejalan dengan pernyataan Frank Griffel, seorang profesor dalam bidang Studi-studi Islam di Universitas Yale dalam bukunya yang berjudul Al-Ghazali's Philosop hy cal Theology.
"Ghazali tidak mempermasalahkan filsafat di bagian lima yang lain. Ia hanya mengkritik bagian kecil tentang filsafat. Bahkan Ghazali mengarang tiga kitab tentang logika," imbuhnya.
Gus Ulil lalu menceritakan, di Indonesia para murid Al-Ghazali memiliki pemikiran yang moderat dan terbuka. Mereka menerima Pancasila sebagai dasar negara dan sistem demokrasi. Ini menandakan murid ideologis Al-Ghazali sangat logis dan realistis.
Di Indonesia kelompok yang menerima Pancasila, demokrasi, dan konsep keterbukaan adalah murid Al-Ghazali. Mereka adalah santri dari pesantren yang mempelajari pemikiran Ghazali seperti Gus Dur, Kiai Sahal Mahfudz, dan Kiai Ishomuddin Lampung.
"Kalau lihat anak-anak NU adalah anak cucu Al-Ghazali. Karena mayoritas anak pesantren sejak dini akrab dengan pemikiran Al-Ghazali. Saya kembali banyak belajar Al-Ghazali di Amerika Serikat," tandas Gus Ulil.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua