Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf saat memberikan sambutan pada peluncuran kamus Al-Munawwir versi digital, Sabtu (23/12/2023) di Pondok Pesantren Krapyak, Bantul Yogyakarta. (Foto: dok. Pesantren Krapyak)
Ahmad Hanan
Kontributor
Bantul, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengajak santri agar bisa meniru kiai-kiai terdahulu dalam mendedikasikan diri secara total terhadap ilmu.
“Kiai-kiai kita dulu itu sejak muda memang mencurahkan dedikasinya secara total kepada ilmu. Maka santri-santri hari ini seharusnya juga harus lebih terpacu, karena masa depan itu pada hari ini datangnya lebih cepat,” ujar Gus Yahya saat meluncurkan kamus Al-Munawwir versi digital di Komplek Q Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, Yogyakarta, Sabtu (23/12/2023).
“Nah sekarang saya melihat santri-santri zaman sekarang ini di usia segitu belum bisa apa-apa. Ini jangan sampai diterus-teruskan, supaya tidak ada gejala kemerosotan di dalam dedikasi ilmiah dari santri-santri,” imbuh dia.
Gus Yahya menyatakan, zaman dahulu banyak kiai yang di usia muda mereka sudah menghasilkan banyak tulisan dan karya, seperti KH MA Sahal Mahfudh dari Kajen Pati dan KH A Warson Munawwir dari Krapyak.
“Mbah Sahal itu pernah menulis kitab Faidhul Hija saat usia beliau sekitar 25 tahun, isinya luar biasa. Ketika saya baca, masyaallah, kitab itu sembarang dimasukkan, mulai dari tafsir, ushul, nahwu, sharaf, sampai arudh itu dimasukkan semua di kitab karangan Mbah Sahal itu. Bahkan beliau dipuji-puji oleh Kiai Zubair, ayahnya Kiai Maimoen,” ucap putra KH M. Cholil Bisri ini.
Baca Juga
Ini Rahasia Larisnya Kamus Al-Munawwir
“Jadi saya melihat kiai-kiai kita ini sejak usia yang masih sangat muda sudah mencapai kapasitas keilmuan yang exellent. Contoh lain adalah Mbah Warson yang mulai menulis kamus Al-Munawwir di usia 25 tahun,” ungkap Gus Yahya.
Gus Yahya menyebut, saat ini kebiasaan membaca buku, muthola'ah kitab ini belum cukup berkembang.
“Sementara sekarang kita sudah pindah pada platform-platform digital, dan santri-santri tiba-tiba harus berhadapan dengan kenyataan-kenyataan baru seperti ini,” kata pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang ini.
“Nah maka saya kira ini harus menjadi momentum yang memacu gairah dari santri-santri kita ini untuk menekuni ilmunya,” kata Gus Yahya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua