Nasional

Gus Yahya Ceritakan Awal Mula Kiai Ali Maksum Merintis Pengajian Kitab di Pesantren Krapyak

Ahad, 10 November 2024 | 20:00 WIB

Gus Yahya Ceritakan Awal Mula Kiai Ali Maksum Merintis Pengajian Kitab di Pesantren Krapyak

Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf pada sebuah kegiatan di Jakarta (Foto: NU Online/Suwitno)

Yogyakarta, NU Online
Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum Yogyakarta mengadakan acara Temu Alumni dengan tema Mengenang Mbah Ali dalam Perjuangan NU. Kegiatan dalam rangkaian Haul Ke-36 Almaghfurlah KH Ali Maksum, ini dihadiri oleh para alumni Pondok Pesantren Krapyak dari lintas generasi.

 

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan KH Ali Maksum atau Mbah Ali ketika pertama kali sampai ke daerah Krapyak, Yogyakarta belum ada yang mau belajar dan mengaji kepada Mbah Ali.

 

"Dulu pertama kali Mbah Ali diboyong dari Lasem ke Krapyak itu tidak ada yang mengaji ke Mbah Ali karena Mbah Ali basic-nya kitab. Sampai di suatu waktu ketika Mbah Ali sedang duduk di rumahnya dan melihat anak-anak kecil bermain di depan rumahnya, kemudian dipanggil anak-anak kecil itu dan beri jajanan," ujarnya di Halaman Asrama Putra Madrasah Aliyah Ali Maksum, Panggung Krapyak, Sewon, Bantul, Yogyakarta pada Sabtu (9/11/2024).


Ia melanjutkan bahwa Mbah Ali menawarkan kepada anak-anak kecil tersebut yang kurang lebih berusia lima tahun untuk mengaji kepadanya.

 

"Mbah Ali juga bilang ke anak-anak kecil itu sekitar umur lima tahunan, saya (Mbah Ali) ngajarin kalian ngaji ya, dan anak-anak itu juga mau, diantara anak-anak kecil itu ada Mbah Warson (KH Ahmad Warson Munawwir) dan Mbah Zainal (KH Zainal Abidin Muawwir) yang kita tau sekarang pemahaman kitab-kitabnya luar biasa," katanya.

 

Gus Yahya sapaan akrabnya menyampaikan santri yang dididik langsung oleh Mbah Ali terbukti menghasilkan santri yang berkualitas. Terlihat banyaknya pemimpin NU pada tahun 1970-an hingga 2000-an yang didominasi oleh santri Krapyak.

 

"Tapi jika kita melihat hasilnya di kemudian hari, sejak tahun 1970-an hingga 2000-an itu mayoritas pemimpin NU di semua tingkatan itu santrinya Mbah Ali. Itu saya lihat sendiri. Ketemu di sana di sini generasinya Gus Mus (KH Ahmad Mustofa Bisri) hingga generasinya Mas Masdar (KH Masdar Farid Mas’udi), itu jika ada ketua NU, cabang, MWC (Majelis Wakil Cabang), ketua ranting itu santrinya Mbah Ali semua," ujar Gus Yahya.

 

"Kalau sekarang ya berbeda. Kalau sekarang cukup ketua umumnya saja. Ketua umum itu sudah dua generasi, orang Kiai Said Aqil Siroj juga santrinya Mbah Ali," tambahnya.