Nasional

Hari ini Haul Mbah Ali Maksum

Rabu, 20 Maret 2013 | 04:37 WIB

Yogyakarta, NU Online
Keluarga besar Pesantren Krapyak mengadakan acara haul ke-24 KH Ali Maksum. Sejak 19 Maret rangkaian acara sudah dilakukan, seperti majlis sesamaan Al-Quran. Acara puncaknya adalah malam ini, di halaman Pesantren Krapyak, Yogyakarta.
<>
Menurut Humaidy As, salah satu pembimbing komplek Sakan di Pesantren Ali Maksum, acara haul ini menjadi sangat penting bagi santri Krapyak untuk mengenang perjuangan dan keteladanan KH Ali Maksum.

“Haul para kiai menjadi media refleksi santri untuk makin rajin dalam mengaji. KH Ali Maksum adalah inspirasi keteladanan santri, sehingga santri mendapatkan bekal untuk bermasyarakat dan bangsa” tegasnya.

Kiai Sederhana
KH Munawir AF, salah satu santri KH Ali Maksum, dalam akun facebooknya memberi kesaksian bahwa KH Ali Maksum terkenal dengan kesederhanannya, baik di kala dahar (makan), atau di kala berpakaian, sangat terasa sekali KH Ali Maksum dengan kesederhanaannya.

“Kalo makan ada tempe dan sambel, oke. Atau adanya nasi goreng ala Ibu Nyai Hasyimah dan krupuk, juga oke. Demikian juga kalau mengajar ke IAIN, pakaian yang licin strikan, oke. Suatu ketika tidak setrikan, juga oke.” kenangnya.  “Sederhana, tetapi tetap berkesan anggun dan wibawa.” Lanjutnya.

Di samping itu, KH Ali Maksum juga dikenal sangat tawadlu’. Ia tidak mau dipanggil "Kiai", tetapi dipanggil "Pak".

Semua santrinya memanggil Pak Ali. Bukan itu saja, KH Ali Maksum juga sangat akrab dengan santrinya, sehingga santri merasa menjadi santri kesayangannya. Ini dibuktikan dengan hafalnya KH Ali Maksum dengan nama santrinya, padahal santrinya saat itu sekitar 2000.

“Santri 2000, ya kenal nama sebanyak itu. Seblum mengaji, beliau mengabsen tanpa buku absen. Yang tidak kelihatan, itulah yang dipanggil.” Tegas KH Munawir AF. 

KH Ali Maksum adalah Rais ‘Aam PBNU periode 1982-1984. Ia menggantikan kedudukan KH Bisyri Syansuri yang wafat pada tanggal 19 Jumadil Akhir 1400 H (25 April 1980 M).  

KH Ali Maksum dilahirkan di Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa tengah pada tanggal 2 Maret 1915 dari ayah KH Maksum (pendiri/pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayat Lasem) dan ibu Siti Nuriyah. Sejak kecil Ali belajar agama pada sang ayah. Pada usia 12 tahun setelah mempelajari beragam kitab termasuk menghafalkan Alfiyah Ibn Malik, Ali kecil dikirim sang ayah untuk belajar di Pesantren Termas, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur yang waktu itu diasuh oleh KH Dimyati dan dilanjutkan KH Hamid Dimyati.

 
Redaktur     : Hamzah Sahal
Kontributor : Rokhim Bangkit, Supriyadi