Nasional

Isra Miraj di Istiqlal, Prof Quraish: Shalat Bentuk Penghormatan Mendalam kepada Allah

Selasa, 28 Januari 2025 | 11:30 WIB

Isra Miraj di Istiqlal, Prof Quraish: Shalat Bentuk Penghormatan Mendalam kepada Allah

Prof Muhammad Quraish Shihab. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Mufassir Indonesia Muhammad Quraish Shihab mengingatkan umat Islam bahwa shalat bukan sekadar kewajiban, melainkan juga bentuk penghormatan yang sangat mendalam kepada Allah. Menurutnya, dalam setiap gerakan shalat, terdapat berbagai bentuk penghormatan mulai dari berdiri, rukuk, sujud, hingga kalimat-kalimat yang kita ucapkan. 


"Di dalam shalat, segala bentuk penghormatan kita temukan: berdiri, rukuk, ada orang yang hormat pakai rukuk, ada yang hormat pakai sujud, ada yang hormat pakai kata-kata, dan sebagainya," kata Quraish Shihab saat peringatan Isra Miraj di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, pada Senin (27/1/2025).


Prof Quraish juga menjelaskan bahwa di dalam Al-Qur'an, perintah untuk mendirikan shalat bukan sekadar menunaikan, tetapi lebih kepada memperhatikan kualitas dan kekhusyukan dalam pelaksanaannya. Dalam konteks ini, kata “mendirikan” menunjukkan pentingnya kesempurnaan dalam shalat, baik dari segi rukun, syarat, maupun sunnahnya.


"Kata Sayyidina Umar, banyak yang shalat, tetapi tidak laa yuqiimuuna sholah, tidak mendirikan shalat. Apa artinya mendirikan shalat? Berdiri itu adalah sikap yang sempurna. Sempurnakan shalat itu, laksanakan shalat itu, secara sempurna dengan rukunnya, syaratnya, sunnahnya, dan sebagainya," ujar penulis Tafsir Al-Misbah tersebut.


Lebih lanjut, ia menekankan bahwa shalat adalah kebutuhan rohani yang mendalam, bukan sekadar rutinitas yang dilakukan untuk menggugurkan kewajiban. Baginya, shalat adalah cara manusia berkomunikasi dengan Tuhan, dan jika menginginkan bantuan atau kasih sayang dari Allah, maka kita harus melakukannya dengan tulus dan sepenuh hati.


"Jika Anda meminta kepada Tuhan dan mengharap diberi, bagaimana sikap Anda kalau ada orang yang meminta kepada Anda, lalu Anda tidak memberi?" katanya.


Sementara itu, Menteri Agama Nasaruddin Umar juga menyoroti pentingnya keberagamaan seseorang yang diukur dari bagaimana ia mengaktualisasikan ajaran agama dalam kehidupan sosial. Hal itu, katanya, terangkum dalam Surat Al-Maun yang menunjukkan bahwa keberagamaan seseorang itu diukur dengan resonansinya atau aktualisasinya dalam kehidupan bermasyarakat. 


"Jadi juga bisa disilakan keshalihan sosialnya itu menjadi sangat penting dan untuk menjadi ukuran apakah shalat itu efektif atau tidak maka itu untuk sampai kepada shalat yang seperti itu memang harus memanfaatkan seluruh rangkaian shalat itu," jelasnya Menag Nasaruddin.


Dalam kaitannya dengan shalat, Menag menjelaskan bahwa shalat yang efektif tidak hanya dilihat dari segi pelaksanaannya, tetapi juga dari dampaknya terhadap kehidupan sosial dan spiritual seseorang.