Nasional

Kang Said : Islam Agama Peradaban dan Ilmu Pengetahuan

Ahad, 26 Agustus 2012 | 23:28 WIB

Tegal, NU Online 
Agama Islam bukan hanya sekedar aqidah dan syariah, apalagi jika dikaji secara sempit, orang tidak menjalankan sholat akan masuk neraka dan melakukan akan masuk surga.

<>Ada yang tidak akan selesai dalam Islam bahkan sampai hari kiamat, yaitu Islam sebagai agama peradaban dan ilmu pengetahuan.   

Demikain dijelaskan oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dihadapan ratusan alumni pesantren Tremas Pacitan Jawa Timur, wilayah Tegal, Brebes dan Pemalang di desa Timbang Reja kabupaten Tegal, Sabtu (25/8). 

Kang Said juga menyebut tidak harus orang NU menjadi pejabat, pegawai atau yang lainya, tetapi harus ada orang NU yang memahami dan meningkatkan pemahaman agama. Ulama-ulama dulu banyak menemukan gagasan-gagasan baru, seperti Abul Aswad Adu’ali dan Kholil bin Ahmad Al Faroghibi melakukan penyempurnaan bahasa Arab dengan membuat karakah, Umar bin Abdul Aziz pada tahun 99 H yang dilanjutkan oleh Syihabuddin ar-Romahurmuziy yang membuat ilmu Hadist, Imam Sibaweh yang menemukan puncak Ilmu Nahwu, Amr bin Ubaid menemukan Ilmu Balaghoh, Wasil bin Atho’ yang merupakan pendiri paham Mu’tazilah menemukan Ilmu Kalam. 

“Kenapa ulama–ulama dulu bisa seperti itu karena beliau tidak berpolitik, mereka lebih intens dalam menyempurnakan peradaban, mendorong agar umat Islam mampu memahami ilmu pengetahuan. Dan sekarangpun harus ada orang NU yang melakukan itu yaitu yatafa qohu fiddin atau mendalami ilmu agama,“ jelas Kiai asal Cirebon itu. 

Kiai Siad juga menyatakan ada yang lebih sulit dari yatafa qohu fiddin yaitu menyebarkan agama, bagaimana kiai bisa memberi warna di masyarakat, memberikan semangat agama di kelompok-kelompok yang lainnya. Jangan lagi-lagi ceramah orang di masjid. Kalau orang sudah masuk masjid dan beribadan sudah jelas itu baik, jadi jangan berhenti di masjid dan memang untuk melakukan itu butuh cara yang strategis. 

“Sehingga kalau kedua sisi itu sudah dilaksanakan yaitu memahami dan menyebarkan agama maka akan ada yang namanya dinul hadoroh, agama yang membangun kebudayaan dan peradaban. Sebagaimana cita-cita Kiai Hasyim dulu mengawinkan ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathoniyah. Kalau keduanya bisa dikawinkan maka membela agama juga  membela negara dan itu sebaliknya dan ini sudah lama dicita-citakan sejak tahun 1914,“ terang alumni Ummul Quro itu.


Di era globalisasi ini, masih lanjut dia, jangan sampai kita kehilangan hal yang sangat berharga yaitu agama dan akhlak, karena ini zaman baru dimana belum semodern zaman ini, orang bisa mengakses sumber informasi dari mana pun bisa tidak hanya satu negara bahkan di negara-negara lainpun bisa, sehingga peradaban dan kebudayaan sekarang menjadi taruhannya, inilah yang harus kita jaga dengan baik. 

“Sekarang kita memahami agama harus dengan kondisi zaman sekarang, sehingga kiai bisa menerangkan hal-hal lama tetapi dengan motode dan bahasa yang modern, tidak usah menggunakan sarung juga tidak apa-apa dengan celana dan tidak usah membawa kitab juga tidak apa-apa tetapi membawa laptop. Tetapi kita tidak harus membuang tradisi lama yang baik, kita pertahankan tradisi lama seperti tahlil, manaqiban, tujuh bulanan dan lain-lainya tetapi kita juga harus mengakomodasi hal-hal baru yang lebih baik. Insyaallah kalau NU bisa melakukan tiga hal itu NU akan bermanfaat dan sampai illayaumil qiyamah akan tetap ada,“ tandasnya.

Seusai membarikan ceramah Ketua PBNU KH. Said Aqil Siroj menandatangani peresmian TPQ, dan yang unik diakhir kegiatan Kiai Said bak artis yaitu pengunjung yang kebanyakan kaum muda itu meminta tanda tangannya. 


Redaktur   : Mukafi Niam
Kontributor: Abdul Muiz TGL