Jakarta, NU Online
Momen Hari Santri 2018 menegaskan posisi dan peran strategis santri di era milenial. Era di mana perubahan sosial dan teknologi berkembang sangat cepat ini menuntut santri agar lebih mengembangkan keahliannya. Santri tidak hanya pandai mengaji, tetapi juga menguasai berbagai bidang strategis.
Hal itu ditegaskan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj usai meluncurkan peringatan Hari Santri 2018 beberapa waktu lalu di Kantor PBNU Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Dalam kesempatan tersebut, Kiai Said juga menegaskan prinsip kemandirian santri untuk mengokohkan jati diri bangsa Indonesia.
“Santri hari ini dan santri di masa yang akan datang harus mampu menjawab tantangan zamannya. Santri tidak hanya mampu mengaji, tetapi juga dituntut untuk mampu menguasai berbagai bidang strategis, produktif, dan progresif serta mampu mengedepankan kepemimpinan nasional untuk kepentingan bangsa,” tegas Kiai Said.
Dengan langkah demikian, menurut Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan ini, santri akan dapat mewujudkan kemandirian Indonesia dengan daya saing yang tinggi. Sebab itu, lanjutnya, santri harus mengambil peran strategis dengan penuh dedikasi, siap berkorban, mencintai tanah air.
Dengan perjuangan dan pengabdian santri di sepanjang sejarah bangsa Indonesia itulah PBNU mengangkat Dedikasi Santri untuk Indonesia Mandiri sebagai tema besar Hari Santri 2018. Tahun 2018 ini merupakan tahun ke-4 perayaan Hari Santri setelah ditetapkan melalui Keppres Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri. (Fathoni)