Nasional

Konsep Pariwisata Berbasis Pertanian Berpotensi Lipatgandakan Keuntungan Petani

Jumat, 9 November 2018 | 11:50 WIB

Jakarta, NU Online

Kementerian Pertanian berkomitmen untuk menciptakan berbagai peluang agrobisnis. Berbagai kegiatan kreatif ekonomi terlihat dari tumbuhnya beragam aktivitas di hulu dan hilir, hingga bentuk penyajian produk serta sinergisme dengan sektor terkait.

Salah satu contoh pengembangan wisata agro berbasis hortikultura di Bantul, Yogyakarta berhasil mengaitkan budidaya bawah merah, cabai dan buah dengan pariwisata.

“Pertanaman ditata dengan apik dan harmoni sehingga indah menjadi daya tarik wisata. Dengan pemandangan pegunungan, pengunjung dipastikan merasa betah di sini,” kata Direktur Jenderal Hortikuktura, Suwandi saat mengunjungi wisata agro di Bantul, Jum'at (9/11).

Suwandi mengatakan, Kementan akan memberikan fasilitas berupa bantuan bibit unggul dan sarana pendukungnya agar model seperti ini didorong dan direplikasi di tempat lain. “Sinergisme antar sektor sesuai perannya mutlak diperlukan, sehingga diperoleh manfaat optimal baik pada sisi hulu dan hilir,” terangnya.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul, Pulung Haryadi mengatakan hamparan bawang merah dan cabai rawit lalap dijadikan wisata agro ini cukup menantang. Tanaman musiman diatur pola tanam antar waktu dan lokasi sehingga berproduksi sepanjang waktu.

“Salah satu daya tariknya memetik dan makan cabai rawit pedas tapi tidak terasa pedas bila dimakan sekaligus batang buahnya, disamping bagus untuk selfie,” katanya.

Pulung juga mengatakan bahwa Kemendagri, Kementan bersama Pemda Bantul tahun ini sudah mulai mengucurkan investasi dan dilanjutkan bertahap hingga lima tahun ke depan.

Lebih lanjut, Pulung menyebutkan, saat ini baru beberapa wisatawan lokal yang datang, namun dengan berbagai pembenahan diharapkan ke depan semakin banyak pengunjung yang berdatangan.

“Ini usaha cukup menguntungkan bagi para petani, pendapatan bisa diperoleh dari hasil produk, penganan olahan, kompos, maupun dari pengunjung,” sebutnya.

Melihat hasil dan manfaatnya, Pulung mengungkapkan beberapa wilayah sudah dikembangkan pertanian unik sesuai potensinya. Ada kebun anggur berwarna warni di Bambanglipuro, dikelola bagus dan diminati pengunjung.

Selain itu, terdapat juga inovasi menanam cabai pantai parangtritis luas 700 hektare. Diberi kompos 20 ton, hasil produksi cukup bagus 8 ton perhektare. Selain cabai, juga ditanam bawang merah, terong dan sayur lainnya, ujarnya

“Alhasil Bantul dikenal sentra sayuran dan bawang merah sudah tembus pasar hingga Jabodetabek,” ungkapnya.

Juwari Ketua Kelompoktani Lestari Mulyo, Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri mengatakan kelompok tani menanam bawang merah di lahan seluas 105 hektar. Biaya tanam mencapai Rp 90 juta per hektare, hasilnya memuaskan yakni mencapai 16 sampai 18 ton per hektare.

“Bila dikelola semi organik biaya hanya Rp 60 juta perhektare. Kini sedang dikenalkan tanam benih biji bawang merah lokananta sehingga efisien hanya Rp 9 juta perhektare, dari pada benih umbi Rp 40 juta perhektare,” jelasnya

Budidaya bawang merah ini mendapat bimbingan yang intensif dari balai penyuluhan Imogiri tentang penggunaan pengendalian hayati dengan light trap dan likat kuning. (Red: Ahmad Rozali)