Muhammad Faizin
Penulis
Pringsewu, NU Online
Lebah (tawon) menjadi makhluk yang spesial karena menjadi salah satu hewan yang disebut dalam Al-Qur’an. Namanya juga disematkan menjadi salah satu surat dalam Al-Qur’an (An-Nahl) dengan berbagai penjelasan tentang kehidupan dan manfaat yang dihasilkan dari tawon untuk kehidupan manusia. Termasuk pola hidup dan aktivitas tawon pun bisa menjadi inspirasi, pelajaran, dan hikmah yang bisa diambil bagi kemaslahatan kehidupan manusia.
Pengasuh Pesantren Ummul Quro, Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan KH Raden Syarif Rahmat menyebut lima pelajaran berharga yang bisa diambil bangsa Indonesia dari hidup tawon untuk bekal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan pelajaran ini, diharapkan bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang sukses membangun peradaban.
Pertama adalah kemampuan tawon meneruskan konsistensi perjuangan dari generasi satu ke generasi selanjutnya. Setiap generasi mampu mempertahankan kebiasaan dan pola hidup yang sama dan meneruskannya pada generasi selanjutnya.
“Tawon itu senantiasa hidup berkoloni, kumpul rame-rame berjamaah. Artinya tawon ngajarin (untuk) berahlussunah wal jamaah,” katanya saat memberi mauidzah hasanah pada kegiatan Akhirussanah Pesantren Tahfidzul Qur’an Mathlaul Huda Ambarawa di Kabupaten Pringsewu, Senin (27/6/2022).
Ketiga lanjutnya, tawon senantiasa memiliki dan patuh pada pemimpin. Dalam memilih pemimpin, tawon pun tidak pernah saling berebut dan bercerai berai alias selalu kondusif dan tidak pernah terjadi gejolak.
Keeempat, ketika tawon sudah memiliki pemimpin dan membangun peradabannya, mereka mampu membangun dengan baik sesuai dengan tugas masing-masing. Pembangunan yang dilakukan pun merata terlihat dari ukuran rumah untuk masing-masing tawon sama persis.
Yang kelima, setiap anggota tawon bekerja setiap harinya dengan gigih sesuai bidangnya. Mereka mampu menempatkan diri dan patuh pada kesepakatan sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pekerjaan.
“Semua tawon setia dengan konstitusinya. Mereka patuh dengan GBHN-nya,” tegasnya.
Jika konstitusi dunia tawon merencanakan membuat madu yang manis, maka semua tawon akan mencari sari pati bunga dan diproses untuk madu manis. Begitu juga jika kesepakatan konstutusi akan membuat madu pahit ataupun asam, maka semua koloni bekerjasama dengan kompak untuk dapat mewujudkannya.
“Tidak ada tawon yang melakukan pengoplosan madu,” ungkapnya.
Oleh karenanya kiai nyentrik kelahiran Jawa Barat ini mengajak semua elemen bangsa Indonesia untuk semakin meningkatkan kecintaan kepada tanah air dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari kelompok-kelompok yang ingin menghancurkannya.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Aiz Luthfi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua