Nasional

LPBINU Sampaikan Tips Hadapi Cuaca Panas dan Imbau Warga Waspadai Munculnya DBD

Selasa, 7 Mei 2024 | 16:45 WIB

LPBINU Sampaikan Tips Hadapi Cuaca Panas dan Imbau Warga Waspadai Munculnya DBD

Ilustrasi terik matahari. (Foto: freepik)

Jakarta, NU Online

Cuaca panas tengah melanda sejumlah wilayah di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Suhu udara sangat panas yang terjadi di Indonesia saat ini diperkirakan berlangsung hingga Agustus atau September 2024 mendatang.


Anggota Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU) M Ali Yusuf menyampaikan beberapa tips atau cara yang bisa dilakukan oleh masyarakat dalam menghadapi cuaca panas.


1. Kurangi aktivitas di luar ruangan

Ali Yusuf menyampaikan, masyarakat hendaknya menghindari melakukan aktivitas di luar rumah atau ruangan agar terhindar dari paparan sinar matahari secara langsung. 


"⁠Hal-hal yang perlu dilakukan saat suhu panas seperti saat ini yaitu menghindari atau meminimalisir aktivitas di luar ruangan untuk mengurangi atau menghindari paparan langsung sinar matahari," ujarnya kepada NU Online, Senin (6/5/2024).


2. Gunakan pakaian pelindung matahari

Ali Yusuf kemudian mengingatkan masyarakat yang hendak beraktivitas di luar ruangan agar menggunakan pakaian yang dapat melindungi kulit tubuh dari paparan matahari. 


"Di antaranya topi lebar, payung, kacamata hitam, dan perlengkapan lainnya," ucap Ali Yusuf. 


3. Gunakan pelembab tabir surya

Bagi masyarakat yang akan menjalankan aktivitas di luar ruangan, Ali Yusuf juga mengingatkan agar menggunakan pelembab tabir surya. Hal ini bertujuan untuk melindungi kulit. 


"Kemudian menggunakan cairan pelembab tabir surya untuk melindungi kulit dari sinar matahari," kata Ali Yusuf. 


4. Konsumsi buah dan air putih

Selanjutnya, Ali Yusuf menekankan pentingnya mengonsumsi buah-buahan dan air putih untuk mencegah dehidrasi, terutama saat beraktivitas di luar ruangan.


5. Gunakan pakaian berwarna cerah

Ali Yusuf tak menyarankan masyarakat menggunakan pakaian berwarna gelap. Dengan kata lain, hendaknya mengenakan pakaian berwarna cerah ketika hendak beraktivitas di luar ruangan. 


"Hindari penggunaan pakaian berwarna gelap yang dapat menyerap panas," kata Ali Yusuf. 


Waspada DBD

Ali Yusuf juga mengimbau masyarakat agar mewaspadai munculnya demam berdarah dengue (DBD). Caranya, dengan menguras bak mandi atau tempat tergenangnya air. 


"Waspadai munculnya DBD dengan menguras dan membersihkan tempat-tempat air yang ada di rumah dan sekitarnya, agar tidak ada genangan air yang menjadi tempat nyamuk penyebab DBD berkembang biak," jelas Ali Yusuf. 


Penjelasan BMKG 

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, suhu panas yang melanda Indonesia tidak berkaitan dengan gelombang panas yang melanda sejumlah wilayah Asia seperti Bangladesh, Myanmar, India, China, Thailand, dan Laos.


Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan bahwa saat ini berbagai negara di Asia sedang dilanda gelombang panas. 


Di Thailand suhu maksimum mencapai 52° celcius. Lalu di Kamboja, suhu udara mencapai level tertinggi dalam 170 tahun terakhir, yaitu 43° celcius pada pekan ini. 


Meskipun demikian, Dwikorita menegaskan bahwa kondisi di Indonesia bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti biasanya.


Ia menjelaskan, suhu udara sangat panas yang terjadi di Indonesia akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan. 


Hal itu merupakan sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau, sebagai kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembaban yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini.


"Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara, kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari," katanya, sebagaimana dilansir situs resmi BMKG


"Sedangkan pada malam hari, kondisi gerah serupa juga dapat terasa jika langit masih tertutup awan dengan suhu udara serta kelembaban udara yang relatif tinggi. Selanjutnya, udara berangsur-angsur dirasakan mendingin kembali jika hujan sudah mulai turun," imbuh Dwikorita. 


Faktor penyebab gelombang panas 

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Fachri Radjab menjelaskan bahwa gelombang panas banyak melanda sejumlah negara di Asia. Dari Vietnam juga dilaporkan bahwa suhu maksimum di beberapa bagian utara dan tengah mencapai angka 44° celcius. Sementara itu di Filipina, fenomena gelombang panas menyebabkan pemerintah meliburkan sekolah-sekolah.


Fachri menyebut, serangkaian gelombang panas ini diduga disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, gerakan semu matahari pada akhir April dan awal Mei ini berada di atas lintang 10 derajat Lintang Utara yang bertepatan dengan wilayah-wilayah Asia Tenggara daratan. Hal ini menyebabkan penyinaran matahari sangat terik dan memberikan background kondisi yang panas.


Faktor kedua adalah anomali iklim El Nino 2023/2024. Analisis data historis menunjukkan bahwa saat terjadi El Nino, wilayah Asia Tenggara daratan akan mengalami anomali suhu hingga mencapai 2 derajat di atas normal pada periode Maret-April-Mei.


Faktor ketiga, pengaruh pemanasan global yang menyebabkan suhu terus meningkat dari tahun ke tahun. Kombinasi ketiga faktor tersebut menyebabkan suhu udara pada April-Mei ini menjadi sangat ekstrem di wilayah Asia Tenggara.


"Mudah-mudahan situasi tersebut tidak terjadi di Indonesia," pungkasnya.