Nasional

Mantan Rektor Universitas Qurowiyin Maroko Kunjungi PBNU

Kamis, 17 Januari 2019 | 17:45 WIB

Jakarta, NU Online
Mantan Rektor Universitas Qurowiyin Fes Maroko Syekh Muhammad al-Ruki berkunjung ke kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Kamis (17/1). Kedatangan keduanya ke Indonesia ini ia sempatkan untuk bersilaturahim dengan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. Hal ini mengingat Kiai Said merupakan sosok yang pernah menyampaikan ceramah di hadapan Raja Maroko.
 
Dalam kunjungan tersebut, Syekh Muhammad al-Ruki yang juga merupakan guru besar Universitas Darul Hadis berbincang santai dengan Kiai Said yang didampingi Ketua PBNU H Marsudi Syuhud dan Wakil Sekretaris Jenderal Isfah Abidal Aziz.
 
Kiai Said dalam perbincangan itu menyampaikan bahwa masyarakat pesantren di Indonesia itu semuanya belajar kitab al-Ajurumiyah, sebuah buku pedoman tata bahasa Arab karya Syekh Sonhaji, seorang ulama asal Fes, Maroko.
 
"Mereka semuanya menghafal kitab tersebut,"  kata Kiai Said diikuti dengan pelafalan awal kitab itu bersamaan,  "Al-kalamu huwa llafdzul al-muroakkabu mufidu bil wadl'i....".
 
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan itu juga mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia banyak mengkaji kitab karya para ulama Maroko lainnya, seperti Dalail al-Khairat dan Qasidah al-Burdah karya al-Bushiri.
 
Di samping itu, Kiai Said juga menyampaikan bahwa Ibnu Batutah, pengelana legendaris asal Maroko, pernah singgah di Indonesia, dari Aceh hingga Papua.
 
Dalam kesempatan tersebut, ulama yang dikenal sebagai Imam Malikinya Abad 21 ini memberikan karyanya kepada Kiai Said tentang qawaid fiqhiyah, Nadzariyatu Taq'id al-Fiqhi wa Atsaruha fi Ikhtilafil Fuqoha.
 
"Ini penting ini, sebab berbeda antara usul fiqh dengan qawaid al-fiqh. Orang-orang sering keliru," kata Kiai Said kepada pengurus PBNU yang hadir.
 
Selain berkunjung ke PBNU, kedatangannya ke Indonesia juga dalam rangka mengisi seminar, mendatangi pondok pesantren, juga menemui murid-muridnya dari Indonesia yang terbilang cukup banyak. (Syakir NF/Ahmad Rozali)