Nasional

Menag: Sisi Dalam Agama Hakikatnya Sama

Jumat, 28 April 2017 | 12:23 WIB

Jakarta, NU Online
Jati diri dan realitas keindonesiaan kita adalah keragaman. Dalam perspektif agama, keragaman itu hakikatnya adalah kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Sesuatu yang memang begitu adanya (given) Tuhan menghendakinya.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan hal tersebut saat didaulat sebagai pembicara kunci dalam Temu Kebangsaan (Tembang) Orang Muda 2017 di Aula HM Rasyidi Kementerian Agama Jl MH Thamrin No 6 Jakarta, Jumat (28/4).

“Karena Tuhan sadar betul bahwa manusia merupakan makhluk yang amat sangat terbatas. Dan justru karena keterbatasan yang kita miliki maka Tuhan menurunkan anugerah-Nya, yakni dengan menciptakan keragaman di antara kita,” ujar Menag.

Hikmah keterbatasan itu, lanjut Menag, agar bisa saling mengisi, melengkapi dan menyempurnakan. Oleh karenanya, keragaman harus dilihat dari sisi positifnya, bukan sebaliknya malah saling menafikan antara yang satu dengan yang lain.

Menurut Menteri Lukman, agama selalu bisa dilihat dari dua pendekatan, dua sudut pandang, dari dalam sekaligus dari luar. Jika kita melihat agama dari sisi luar atau eksoteris, tentu akan kita lihat keragaman yang sangat banyak.

Menag menambahkan, jangankan antara satu agama dengan yang lain, di internal agama itu sendiri kita lihat beragam cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Itulah yang disebut peribadatan atau berkomunikasi dengan Tuhan. Dalam Islam disebut syari’at.

“Syari’ yang artinya jalan tentu banyak. Ya, banyak jalan menuju Tuhan Yang Maha Segalanya. Jadi, sebagai makhluk kita jangan sampai memiliki obsesi atau pretensi untuk menyamakan perbedaan tersebut,” tandas putra bungsu mantan Menag KH Saifuddin Zuhri ini.

Sebaliknya, kata dia, jika kita melihat agama dari perspektif sisi dalam (esoteris) maka jangankan antarmadzhab yang ada dalam sebuah agama, antara agama yang satu dengan yang lain tidak akan kita temui perbedaan signifikan. Semua agama bicara pada tujuan yang sama. Esensi dan substansi dari semua agama hakikatnya sama.

“Semua agama bicara tentang keadilan, persamaan di depan hukum, perlindungan HAM. Banyak sekali nilai universal yang dibicarakan agama. Jangan berbohong, jangan menipu, jangan menyakiti orang lain dan seterusnya. Jadi, sisi dalam agama-agama itu hakikatnya sama,” pungkasnya. (Musthofa Asrori/Mukafi Niam)