Nasional

RMINU Susun Standar Kurikulum Pesantren Bertaraf Global, Gus Yahya: Gagasan Ini Mulai Diadopsi Pemerintah

Senin, 24 Februari 2025 | 17:00 WIB

RMINU Susun Standar Kurikulum Pesantren Bertaraf Global, Gus Yahya: Gagasan Ini Mulai Diadopsi Pemerintah

Ketua Umum PBNU Gus Yahya Staquf saat memberikan arahan dalam rapat RMI PBNU yang membahas penyusunan standar kurikulum pesantren, di Gedung PBNU, Jakarta, pada Senin (24/2/2025). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menghadiri rapat yang digelar oleh Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PBNU untuk membahas penyusunan standar-standar yang harus dimiliki oleh pesantren di bawah naungan NU.


Standar-standar itu meliputi sistem manajemen, serta standar kurikulum pesantren yang harus menyesuaikan dengan kurikulum nasional dan berdinamika atau bertaraf global.


Gus Yahya mengatakan bahwa gagasan-gagasan tersebut sudah dibahas dan saat ini pada tahap pengembangan yang kemudian ditindaklanjuti oleh pihak pemerintah.


"Alhamdulillah gagasan-gagasan pokok yang sudah kita kembangkan ini mulai diadopsi oleh stakeholder yang berwenang, seperti pemerintah," kata Gus Yahya di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, pada Senin (24/2/2025).


Gus Yahya juga mengungkapkan bahwa Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno berkeinginan untuk membuat suatu kebijakan terkait dengan pesantren.


Akhirnya, kata Gus Yahya, Pratikno menggagas strategi dengan mengundang stakeholder dari pesantren agar bisa dilakukan transformasi yang konkret dan praktis.


Gus Yahya juga mengakui bahwa pihaknya saat ini masih mencari model rancangan untuk mencakup seluruh dunia pesantren terkait dengan rancangan standar di dunia pesantren NU.


"Pada titik ini sebetulnya kita masih dalam tahap mencari model untuk menuju kepada satu governing system pesantren yang lebih komprehensif dan mencakup keseluruhan dunia pesantren yang ditampilkan di sana," ungkapnya.


Ketua RMI PBNU KH Hodri Arief mengaku mengikuti arahan dari Gus Yahya soal pesantren yang harus terintegrasi dengan sistem global tanpa kehilangan ciri khasnya.


"Sesuai arahan Gus Yahya, pesantren ini harus bisa berintegrasi dengan sistem global tanpa kehilangan karakteristik pesantren itu sendiri," tuturnya.


Kiai Hodri juga mengungkapkan bahwa ada bagian dari pesantren yang mungkin harus direlakan akan hilang terkait dengan transformasi ini.


"Tadi beliau (Gus Yahya) juga menyampaikan bahwa ada bagian yang mungkin harus kita relakan untuk hilang atau lepas dari pesantren, tetapi ada bagian-bagian yang harus kita rawat (dan) kita jaga karena merupakan karakter pesantren," ungkapnya.


Menindaklanjuti hasil ini, Kiai Hodri bersama RMI akan melakukan pengujian standar pesantren agar sejajar dengan standar global miliki.


"Setelah ini kita akan semacam uji publik merumuskan standar pesantren ini dengan mengundang pesantren-pesantren yang kita pandang representatif," imbuhnya.


Kiai Hodri menyebut ada 25 pesantren yang akan menjadi uji publik program standar pesantren ini yang masih dirancang. Beberapa pesantren di antaranya yakni Bahrul Ulum Jombang, Al Aqobah Jombang, Darul Mughni Bogor, Al Jawi Bogor, dan Annuqayah Sumenep.