Jakarta, NU Online
Menteri Agama (Menag) RI Yaqut Cholil Qoumas menanggapi soal potensi perbedaan jatuhnya 1 Syawal perhitungan pemerintah dengan Muhammadiyah. Menurutnya, perbedaan adalah keniscayaan yang seharusnya dapat dipahami bersama.
"Perbedaan itu menjadi rahmat kalau kita syukuri," kata dia di kantor Kementerian Agama (Kemenag) RI, Jakarta, Selasa (18/4/2023).
"Saya kira tidak ada perselisihan, perbedaan itu biasa yang penting bagaimana perbedaan yang ada tidak menyebabkan perpecahan," tambah dia.
Lebih lanjut ia melihat bahwa pada hakikatnya perbedaan mengenai lebaran hanya dari segi hari. Selebihnya, penetapan Idul Fitri baik dari perhitungan pemerintah dan Muhammadiyah, keduanya jatuh pada tanggal yang sama yakni 1 Syawal.
"Pada hakikatnya lebarannya sama-sama tanggal 1 Syawal cuma beda harinya saja. Shalat id-nya yang berbeda. Muhammadiyah di hari Jumat," ujar Yaqut.
Dengan adanya potensi perbedaan Idul Fitri, ia mengimbau kepada pemerintah daerah untuk tetap menyediakan fasilitas ibadah ketika shalat id dilaksanakan di lapangan.
"Namun begitu, kita imbau kepada seluruh pemerintah daerah saat saudara kita Muhammadiyah akan melaksanakan shalat Idul Fitri di hari Jumat agar diberikan fasilitas, tidak perlu dilarang," tegas Gus Yaqut.
Akar perbedaan Idul Fitri
Idul Fitri 1444 H di Indonesia yang tidak berbarengan disebabkan ketinggian hilal yang masih berada di bawah standar minimal imkan rukyah (visibilitas) atau kemungkinan hilal dapat terlihat, yaitu 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.
Dalam tulisan Akar Perbedaan Penetapan Bulan Ramadhan dan Idul Fitri, data bulan tanggal 29 Ramadhan 1444 H atau 20 April 2023 berdasarkan markaz Jakarta menunjukkan ketinggian hilal masih berada pada 1 derajat 55 menit 43 detik dan elongasi 3 derajat 18 menit 23 detik dengan waktu hilal berlangsung selama 9 menit 29 detik. Sementara ijtimak terjadi pada Kamis Legi, 20 April 2023 pada pukul 11.16.38 WIB.
Ketua Lembaga Falakiyyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Sirril Wafa menjelaskan bahwa perbedaan penetapan awal bulan ini terjadi karena ketidaksamaan dalam pemahaman fiqihnya. Sementara soal perhitungannya sendiri cenderung tidak jauh berbeda.
“Kalau dari segi falakiyah, berbagai sistem perhitungan hasilnya cenderung sama atau tidak terpaut jauh. Perbedaan itu terjadi dari cara pemahaman fiqihnya,” kata Kiai Sirril Wafa dalam Awal Ramadhan 1444 H Bisa Bareng atau Berbeda.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Hitung Cepat Dimulai, Luthfi-Yasin Unggul Sementara di Pilkada Jateng 2024
2
Daftar Barang dan Jasa yang Kena dan Tidak Kena PPN 12%
3
Hitung Cepat Litbang Kompas, Pilkada Jakarta Berpotensi Dua Putaran
4
Kronologi Santri di Bantaeng Meninggal dengan Leher Tergantung, Polisi Temukan Tanda-Tanda Kekerasan
5
Bisakah Tetap Mencoblos di Pilkada 2024 meski Tak Dapat Undangan?
6
Ma'had Aly Ilmu Falak Siap Kerja Sama Majelis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan
Terkini
Lihat Semua