Nasional

Mendesak, Digitalisasi Administrasi dan Pembelajaran Kampus Pesantren

Selasa, 4 Februari 2020 | 03:00 WIB

Mendesak, Digitalisasi Administrasi dan Pembelajaran Kampus Pesantren

Kampus pesantren hendaknya akrab dengan digitalisasi administrasi dan pembelajaran. (Foto: NU Online/istimewa)

Lumajang, NU Online
Sebagai salah satu perguruan tinggi yang lahir dari pesantren, Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Miftahul Ulum Lumajang, Jawa Timur terus berupaya mematangkan karakter pesantren. Hal tesebut sebagai ciri khas dalam kehidupan kampus maupun materi pembelajaran sehari-hari. 
 
Untuk itu selama tiga hari dari Sabtu hingga Senin (1-3/2) diadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema ‘Penguatan dan Pengembangan Kelembagaan Berbasis Kampus Pesantren’.
 
Pada hari pertama, materi FGD disampaikan auditor internal Universitas Brawijaya Malang, Fani Fariedah. Dalam paparannya mengungkapkan pentingnya sebuah perguruan tinggi terutama yang berbasis pesantren melakukan pemantauan dan pengendalian standar mutu akademik. 
 
“Hal ini berguna untuk meningkatkan mutu pendidikan yang diselenggarakan. Selain itu juga perlu antarstruktur organisasi memahami tupoksi, sehingga manajemen berjalan sebagaimana sistem yang telah disepakati. Hasilnya adalah adanya efektifitas dan efisiensi sistem manajemen,” katanya di hadapan peserta diskusi. 
 
Ahmad Abtokhi selaku Sekretaris LP2M UIN Malang yang menjadi pemantik kedua menguraikan banyak hal. Terutama pentingnya semua unsur yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan di kampus pesantren memahami tri dharma perguruan tinggi secara komprehensif. 
 
“Terutama titik tekan pada dosen, dituntut untuk mengembangkan pola pikir kritis, inovatif, kreatif dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi atau iptek,” jelasnya. 
 
Hal lain yang disampaikan adalah peningkatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Di samping itu publikasi hasil penelitian dan pengabdian tersebut perlu terus ditingkatkan dengan memperkuat sistem informasi. 
 
“Alhasil, fungsi perguruan tinggi terutama yang berbasis pesantren sebagai agen perubahan benar-benar terlaksana dengan optimal,” tegasnya.
 
Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang sekaligus Sekretaris Kopertais 4 Surabaya H Imam Mawardi memberikan materi di hari ketiga. 
 
Guru besar dan kiai yang sering tampil di sejumlah televisi ini menyampaikan pentingnya kampus pesantren memiliki keilmuan yang khas dan menjadi benchmark dari perguruan tinggi tersebut. 
 
Semisal memiliki keahlian di bidang hukum keluarga berbasis kitab kuning atau hukum ekonomi syariah berbasis kitab kontemporer. 
 
“Sehingga ini membedakan perguruan tinggi pesantren dengan kampus lain terutama yang tidak berbasis pesantren,” katanya. Hal tersebut merujuk kepada ciri pesantren di masa lampau, misalkan mau belajar fiqih ke Pondok Lirboyo Kediri, dan seterusnya, lanjut dia.
 
Terakhir, perlunya perguruan tinggi pesantren mengembangkan ekosistem digital, baik dari sisi administrasi maupun proses pembelajaran. 
 
“Karena digitalisasi adalah keniscayaan yang tidak bisa dinafikan di era modern saat ini,” pungkasnya.
 
 
Kontributor: Hafizh Idri Purbajati
Editor: Ibnu Nawawi