Mendidik dengan Cinta, Cara Tepat Antarkan Anak Raih Kesuksesan
Sabtu, 23 Juli 2022 | 10:30 WIB
Syifa Arrahmah
Penulis
Jakarta, NU Online
Tak sedikit orang tua yang kurang tepat dalam menerapkan bahasa cinta kepada anaknya. Terlepas dari keterbatasan pengetahuan atau pengalaman tentang mendidik anak, penerapan yang tidak tepat akan terkesan salah kaprah dan bertolak belakang dari tujuan awal.
Menanggapi masalah ini, pemerhati pendidikan Waliyadin memaparkan bahwa untuk membangun kedekatan dengan anak, orang tua harus memberikan perhatian yang sensitif dan responsif, serta menjadi partner sosial yang interaktif.
“Tidak sedikit kesalahan orang tua dalam memperlakukan anak-anaknya sehingga anak menjadi kerdil secara mental, banyak tekanan, dan rasa takut yang berlebihan, dan akhirnya takut mengaktualisasikan dirinya,” kata Waliyadin dalam tulisannya berjudul Nasihat Mendidik Anak dari Julie Lyvtcott-Haims, dikutip NU Online, Sabtu (23/7/2022).
Setidaknya ada dua kesalahan yang menurutnya rentan memengaruhi minat dan kondisi psikologis anak. Pertama, orang tua memiliki kekhawatiran yang berlebihan terutama dalam prestasi akademik dan karier prestisius.
“Kekhawatiran akan prestasi akademik sangat jelas ditunjukkan ketika anak pulang sekolah yang menjadi pertanyaan orang tua adalah pekerjaan rumah atau nilai ulangan di sekolah,” tuturnya.
Kedua, lanjut dia, orang tua terlampau khawatir akan masa depan anak jika tidak mengikuti arahannya secara mutlak. Mereka berfikir bahwa masa depan anak ada di tangannya.
“Anak tidak akan berhasil jika tidak ada campur tangan dari orang tua. Sehingga segalanya sudah disetting sedemikian rupa oleh orang tua tanpa melibatkan komunikasi yang hangat antara keduanya,” ujar Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta ini.
Terlepas dari ketidaktepatan di atas, Waliyadin menyarankan agar orang tua memberikan kesempatan bagi anak untuk menumbukan self-efficacy karena inilah yang akan mengantarkan keberhasilan anak dalam bidang apapun.
“Self-efficacy adalah aksi seorang anak yang nantinya dapat membuahkan hasil. Dengan menumbuhkan self-efficacy memungkinkan seorang anak untuk berfikir, berencana, memutuskan, melakukan, memecahkan masalah, trial dan error,” terangnya.
“Mereka juga berani bermimpi dan mengalami kehidupan untuk diri mereka sendiri,” sambung Waliyadin.
Hal lain yang menurutnya perlu diingat orang tua adalah dengan bertambahnya usia anak, maka akan terjadi pergeseran bentuk atau pola relasi antara orang tua dengan anak. Maka orang tua harus mengembangkan relasinya dengan anak melalui friendship atau membangun persahabatan.
“Cinta dan didikan orang tua adalah benteng pertahanan bagi anak muda dalam menghadapi tantangan zaman,” tandasnya.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua