Mudir Aam Jatman: Umat Islam Harus Tebarkan Keteladanan Kiai di Masyarakat
Senin, 21 September 2020 | 02:30 WIB
Bedah buku 'Kiai Muslih Sang Penggerak dan Panutan Sejati' di Pesantren Futuhiyyah Mranggen, Demak, Jateng (Foto: NU Online/Samsul Huda)
Samsul Huda
Kontributor
Demak, NU Online
Umat Islam jangan terbiasa menyebarkan berita bohong (hoaks), tetapi menggantikannya dengan menebarkan kabar kebaikaan yang menggembirakan tentang keteladanan dan perjuangan para kiai dalam mencerdakan bangsa dan mengobarkan nasionalisme.
Mudir Aam Idarah Aliyah Jamiyah Ahlit Thariqah Al-Muktabaroh An-Nahdliyah (Jatman) Habib Umar Muthohar mengatakan, masyarakat harus disuguhi dengan informasi, pesan penting (idzoh) atau ijazah dari para kiai seperti pesan dari Kiai Muslih yang didokumentasikan melalui sebuah buku manaqib ini.
"Terbitnya buku berjudul 'Kiai Muslih Sang Penggerak dan Panutan Sejati' saat ini sangat tepat. Di saat banyak orang disuguhi berita- berita bohong dan ujaran kebencian (hate Speech) di media sosial, buku Mbah Muslih yang mengabarkan kebaikan dan uswah khasanah diluncurkan," kata Habib Umar Muthohar.
Habib Umar mengatakan hal itu ketika menjadi pembicaraa bedah buku 'Kiai Muslih Mranggen, Sang Penggerak dan Panutan Sejati' di aula Pesantren Futuhiyyah, Suburan, Mranggen, Demak, Jawa Tengah, Sabtu (19/9).
Menurutnya, Kiai Muslih Mranggen itu orang alim, mursyid thariqah, pejuang yang gigih dan berhasil mencetak kader-kader bangsa pengawal ajaran ahlussunnah wal jamaah yang tangguh dan tersebar di berbagai belahan dunia.
"Kiai Muslih ketokohannya terkenal tidak hanya di Indonesia saja, tetapi kemasyhurannya juga menembus mancanegara. Hampir umat Islam yang mengamalkan ajaran thariqah di berbagai negara di dunia ini mengenal kiai Muslih," ujarnya.
"Dimana berkembang ajaran thariqah, di situ bertemu sanadnya, mursyid, dan gurunya menyambung dengan Kiai Muslih Mranggen," sambungnya.
Pengasuh Pesantren Futuhiyyah, Mranggen, KHM Hanif Muslih ketika membuka acara bedah buku mengatakan, hampir 30 tahun dirinya bercita-cita menerbitkan buku manakib atau sejarah perjalanan hidup ayahnya, KH Muslih Abdurrohman bin Qosidil Haq.
"Alhamdulillah dan terima kasih keinginan dan cita-cita kami dapat terwujud dalam waktu singkat, tidak lebih dari dua bulan. Pada saat Haul ke-80 KH Abdurrohman dan keluarga buku ini sudah bisa terbit," katanya.
Mantan Hakim Mahkamah Konstitusi yang juga alumni Futuhiyyah HA Fadlil Sumadi mengharapkan agar penulisan Buku Kiai Muslih ini dilanjutkan, jangan berhenti sampai di sini, karena masih banyak informasi tentang kiai Muslih yang belum terpublikasikan di buku ini.
"Menulis Kiai Muslih tidak akan lengkap dan tidak pernah bisa lengkap. Ada tiga masalah saat menulis seseorang. Pertama, keterbatasan jangkauan liputan penulis. Kedua, kesenjangan yang lebar antara apa yang didapatkan dari seorang tokoh dulu dengan menuangkannya. Ketiga, keterbatasan pemilihan kosa kata," tuturnya.
Penulis Novel Ayat-ayat Cinta Habiburrahman El-Shirazy (kang Abik) yang juga alumni Futuhiyyah mengatakan, buku Kiai Muslih ini sebagai batu pijakan awal yang sangat penting untuk mengetahui informasi tentang Kiai Muslih dengan lebih spesifik.
"Misalnya setiap tahun atau dalam waktu beberapa hari digelar diskusi tentang pemikiran Kiai Muslih dengan mengundang murid Kiai Muslih secara berkala untuk sekadar bercerita. Biarkan para santri mendengarkan DNA Kiai Muslih, tentu akan banyak informasi tentang kiai Muslih dari berbagai sudut pandang," pungkasnya.
Kontributor: Samsul Huda
Editor: Abdul Muiz
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua