Jakarta, NU Online
Ketua 1 Pimpinan Pusat Muslimat NU Hj Sri Mulyati mengingatkan agar para perempuan yang menjadi pengurus di organisasi lingkungan NU (aktivis perempuan NU), seperti Fatayat NU atau Muslimat NU memegang teguh niat dengan benar. Sebab menurut Sri, menjadi pengurus merupakan amanat yang harus dijalankan dengan baik.
"Adalah amanat menjadi pengurus perempuan di lingkungan NU (karena) bukan semata-mata pengurus organisasi biasa, tetapi ada nuansa keagamaan yang sangat kental," kata Sri saat mengisi tausiyah pada peringatan ke-69 Fatayat NU di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (24/4).
Sri menceritakan bagaimana dirinya mengaktifkan diri di organisasi lingkungan NU mulai dari Kopri PMII, Fatayat NU, hingga Muslimat NU. Menurutnya, butuh perjuangan yang harus dilakukan dengan niat ikhlas.
Ia mengatakan, perjuangan di organisasi lingkungan NU membutuhkan keikhlasan yang besar karena bukan organisasi profesi atau profit, sehingga tidak ada bantuan secara khusus baik dari APBN ataupun APBD.
"Jadi semuanya diikhtiari sendiri, diniatkan sendiri, dilaksanakan sendiri, dievaluasi sendiri," ucapnya.
Namun demikian, ia mengaku senang menjalaninya selama puluhan tahun: dari Kopri PMII, Fatayat NU hingga Muslimat NU. "Di Kopri, di Fatayat mulai kuliah sampai sekarang sudah punya cucu masih di muslimat Nahdlatul Ulama," ucapnya.
Bahkan ia bersyukur bisa aktif di organisasi lingkungan NU karena ada manfaat dan keberkahan yang dirasakannya. Untuk itu, ia menyakinkan perempuan yang aktif di oeganisasi NU bahwa akan mendapat keberkahan.
"(Saya) bersyukur diberikan keberkahan, yaitu nilai tambah, yang mungkin tidak bisa dirupiahkan," jelasnya.
Pada harlah tersebut hadir Ketua Umum Fatayat NU 2000-2005 dan 2005-2010 Hj Maria Ulfah Anshor, Persatuan Gereja Indonesia (PGI), Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Komunitas Wanita Hindu Darma Indonesia (WHDI) Ahmadiyah, Kopri PB PMII, dan PP IPPNU. Masing-masing dari organisasi tersebut memberikan testimoni tentang peran Fatayat NU. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)