Tangkap layar Ning Khilma Anis saat mengisi talkshow Santri Berani Berinvestasi di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, Jumat (2/9/2022).
Malik Ibnu Zaman
Kontributor
Yogyakarta, NU Online
Penulis novel best seller Hati Suhita, Ning Khilma Anis menjelaskan tentang Gusjigang yang menurutnya adalah ajaran dari Sunan Kudus. Hal itu disampaikannya pada talkshow Santri Berani Berinvestasi di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, Jumat (2/9/2022).
"Yang sebenarnya mendasari saya mendirikan usaha adalah dawuh (pesan) Mbah Sunan Kudus. Mbah Sunan Kudus itu memberikan dawuh kepada masyarakatnya, dan itu menjadi pegangan sampai sekarang di masyarakat Kudus yaitu soal Gusjigang," ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan makna dari Gusjigang. Kata 'Gus' adalah bagus yaitu berbuat baik, bisa srawung (berbaur, ramah), kemudian tidak membeda-bedakan, mampu bertoleransi, dan tidak membatasi diri.
"Yang jelas Gus ini adalah bagaimana kita itu selalu bisa berbuat baik kepada semua orang," jelasnya.
"Selanjutnya itu 'Ji', 'Ji' itu adalah ngaji atau sinau atau belajar. Artinya, santri selain harus berbuat bagus juga harus belajar selalu ngaji, meskipun sudah alumni," imbuhnya.
Selanjutnya adalah 'Gang'. Menurut Ning Khilma, 'Gang' ini sangat spesial karena memang jarang diajarkan. Bahkan Sunan Kudus mengajarkan hal tersebut supaya masyarakat di sekitar wilayah Kudus ini merdeka dari kolonial, merdeka dari penjajahan, merdeka dari tekanan.
"Jadi prinsip Gusjigang ini adalah prinsip yang menjadi dasar kenapa? Supaya tidak hanya berada di zona nyaman, yaitu berada di zona pesantren. Tetapi keluar dari zona itu, sudah merambah wilayah bisnis, atau merambah wilayah usaha," jelasnya.
Pada kesempatan itu Ning Khilma Anis juga berbicara soal kemandirian. Menurutnya kemandirian tidak bisa dilepaskan dari aktivitas perdagangan. Ketika berbicara soal investasi yang paling penting adalah bagaimana menghasilkan dulu.
"Jadi jangan kemudian yang dipikirkan adalah bagaimana cara mengelola keuangan, yang dikelola dulu yang dipikirkan. Bagaiman kita kreatif dulu, bagaimana kita punya kran dulu sebanyak-banyaknya, bagaimana strategi kita dalam berdagang, dan lain-lain," ungkapnya.
Ning Khilma Anis yang juga pemilik Mazaya Group berpesan kepada para santri agar menjadi santri yang multi-skills. Artinya, santri tidak hanya pintar atau pandai mengaji, tidak hanya pandai menulis, tetapi juga pandai berdagang.
"Kemudian kita dimanjakan dengan yang namanya investasi. Nah, investasi ini sangat penting, terutama bagi santri-santri. Kalau tidak ada patokan itu nanti jadinya tidak terkonsep, keuangannya tidak tertata seperti itu," pungkasnya.
Sementara itu Director of Strategic and Consultan Services (Shafiec) UNU Yogyakarta mengatakan mendapatkan temuan yang cukup menarik, bahwa secara tidak langsung santri itu sudah melek investasi.
"Maksud kami itu sudah sangat sadar memiliki rencana jangka panjang. Jadi malah dikatakan sangat besar sekali potensinya 82,8 persen kalau santri sudah memiliki rancangan jangka panjang," ujarnya.
Dalam survei tersebut dilakukan secara balance, yaitu pada santri perempuan dan laki-laki dengan background yang beraneka ragam.
"Mereka sudah memikirkan rencana investasi ke depan. Kami mencatat bahwa teman-teman itu sudah memikirkan rencana jangka panjang, semua rencana. Karena santri dalam berinvestasi tidak hanya investasi dunia saja, investasi akhirat juga memikirkan, bagaimana sedekahnya," pungkasnya.
Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua