Jakarta, NU Online
Sejumlah pakar siap mengabdi dan mensyi’arkan ajaran-ajaran Al-Quran kepada khalayak luas melalui Jam’iyyatul Qurrra wal-Huffaz Nahdlatul Ulama (JQHNU).
<>
Mereka telah dilantik oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di gedung PBNU, Jakarta, Senin, (13/8) lalu. Menurut Ketua Umum JQH NU Dr KH Muhaimin Zen, MA, para pakar tersebut, terutama duduk di Majelis Ilmi (penasehat) yang berfungsi mengambil kebijakan jam’iyyah yang didirikan KH Wahid Hasyim tahun 1951 itu.
“Misalnya Rais Majelis Ilmi. Kedudukan ini diemban Dr KH Ahsin Sakho Muhammad. Ia adalah penghafal Al-Quran, ahli tafsir, dan membawahi bidang tahfizh di Robithah Alam Islamy (organisasi umat Islam dunia, red.). Karena kepakarannya, ia juga sering diundang jadi hakim tahfizh internasional,” jelasnya.
Karena itulah, sambung Muhaimin, Rektor Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta tersebut dipilih kembali secara aklamasi pada Musyawarah Nasional (Munas) JQHNU IV di Pontianak, Kalimantan Barat, awal Juli lalu.
Selain Ahsin, di Majelis Ilmi duduk Hj. Dra. Maria Ulfa, MA, qoriah internasional; Dr KH Ahmad Fathoni, tahfizh dan ahli qiraa’ah syab’ah rasm Utsmani. Selain mereka, adalah Prof. Dr KH Ahmad Zahroh, KH Ahmad Dahuri, KH ilmi Ghozali, KH Najib Abdul Qodir, KH Mukhlas Hasyim, dan KH Hasyim Ahmad.
Begitu juga di pengurus harian, JQHNU diemban para ahli-ahli Al-Quran, “Kami memang menseleksi ketat pengurus. Syaratnya cuma dua, yaitu para ahli qiroah dan tahfizh tingkat internasional atau setidaknya nasional,” ujar Muhaimin yang juga seorang penghafal Al-Quran.
Muhaimin menambahkan, secara umum, pembagian tugas masa khidmat 2012-2017 menetapkan, Majelis Ilmi membesarkan JQH NU ke tingkat internasional, sementara pengurus harian ke dalam negeri.
“Ke dalam negeri, kami menargetkan, masa khidmat lima tahun ke depan, terbentuknya cabang di setiap kabupaten,” katanya.
Sementara di bagian penasihat, organisasi yang sukses menggelar MTQ Internasional pertama awal Juli lalu ini, dihuni para keluarga pendiri dan pendukung pendidikan Al-Quran.
Di antara mereka adalah KH Shalahudin Wahid dan Hj Aisyah Hamid Baidhowi (Keluarga KH Wahid Hasyim), Dra Hj Ida Mawaddah Nur (keluarga KH Tubagus M. Ma’mun, PP JQH NU, 1951-1953), KH Said Aqil Siroj (Ketua Umum PBNU), KH Ahmad Syahid, KH Noor Muhammad Iskandar SQ.
Selain itu, Prof. Dr. KH Ahmad Mubarok, MA, KH Ayik Muhammad Al-Hasani, KH Sya’roni Ahmadi, H. Aksa Mahmud, serta yang lainnya.
Redaktur : Hamzah Sahal
Penulis : Abdullah alawi
Terpopuler
1
Khatib Tak Baca Shalawat pada Khutbah Kedua, Sahkah?
2
Masyarakat Adat Jalawastu Brebes, Disebut Sunda Wiwitan dan Baduy-nya Jawa Tengah
3
Meninggal Karena Kecelakaan Lalu Lintas, Apakah Syahid?
4
Wacana AI untuk Anak SD, Praktisi IT dan Siber: Lebih Baik Dimulai saat SMP
5
Jalankan Arahan Prabowo, Menag akan Hemat Anggaran dengan Minimalisasi Perjalanan Dinas
6
Menag Nasaruddin Umar: Agama Terlalu Banyak Dipakai sebagai Stempel Politik
Terkini
Lihat Semua