Jakarta, NU Online
Perkembangan teknologi sudah sedemikian maju, dunia sudah serba digital. Terlebih generasi milenial dan generasi Z yang menurut penelitian Alvara Institute, salah satu karakteristik mereka adalah selalu terhubung (connected).
"IPNU-IPPNU yang cukup mumpuni harus melebarkan sayap dakwahnya. Anggota lainnya yang kreatif bisa membantu dalam mengemas dakwahnya termasuk melalui internet supaya jagad internet tidak diisi oleh ustadz abal-abal, atau mereka yang mengaku ulama tapi ilmunya tidak ada," ujar Muhammad Aqib Malik, Ketua Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) bidang Jaringan Pesantren, kepada NU Online pada Jumat (21/12).
Semuanya itu, menurutnya, dilakukan agar publik tidak terpapar pengetahuan yang liar dan tidak berdasar. "Jadi berbagi materi keagamaan di medsos sangatlah penting, tentunya dengan konten yang berkualitas dan ada dasar keilmuannya," imbuhnya,
Gus Aqib, sapaan akrabnya, menegaskan bahwa sekarang sudah saatnya kader IPNU dan IPPNU tampil di hadapan publik, baik secara langsung maupun melalui media sosial. Hal ini guna memberi asupan nutrisi yang sehat dan bergizi bagi pemahaman masyarakat, khususnya remaja masa kini.
"Jangan malu atau minder untuk menyuarakan ilmu dalam kancah yang lebih besar," teganya.
Meskipun demikian, kepada para pelajar dan remaja, ia minta agar tetap memiliki guru secara langsung. Tidak hanya mencari pengetahuan agama melalui internet dan medsos saja. Pasalnya, jika ada hal yang tidak dimengerti, bisa langsung ditanyakan kepada sang guru. Di samping itu, adanya guru secara langsung juga guna menghindari mis-informasi dari pengetahuan yang didapatkannya.
"Silakan pergunakan internet dan medsos, tapi posisikan hanya untuk support informasi dan pengetahuan saja, sedangkan yang menuntun dan menjadi guide kita ke jalan Tuhan harus ada pembimbingnya secara langsung, supaya tidak keblinger," ujar dai muda asal Pesantren Ma'hadu Tholabah Babakan, Lebaksiu, Tegal, Jawa Tengah itu.
Oleh karena itu, Gus Aqib menegaskan kepada remaja harus memosisikan kiai sebagai figur penuntun untuk mengetahui inti dari ilmu agama dengan tanpa menafikan internet sebagai pendukung informasi dan pengetahuan. (Syakir NF/Muiz)