Nasional LSN 2016

Pembibitan Sepak Bola Profesional Rasa Pesantren

Sabtu, 29 Oktober 2016 | 14:31 WIB

Pembibitan Sepak Bola Profesional Rasa Pesantren

Syaifuddin Munis (kanan) dan KH Umaruddin Masdar (kiri) (foto: Taufik)

Bantul, NU Online
Wakil Ketua Panitia Nasional Liga Santri Nusantara (LSN) 2016 Syaifuddin Munis mengatakan, pertandingan sepak bola antarpesantren yang diselenggarakan Kemenpora bekerja sama dengan Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) NU ini, memiliki kualitas pembeda dari liga-liga pembibitan yang lain.

Menurut dia, LSN selain memupuk pemain dengan pendidikan skill sepak bola, juga menonjolkan sisi moralitas karena lahir dari kalangan santri dan pesantren. Hal itu supaya para pemain seimbang antara skill dan moralnya.  

“Cium tangan kepada wasit; jika terkena hukum tidak protes keras dan tidak melakukan tindakan anarkis; kalau menjatuhkan lawannnya harus segara dibangunkan dan salaman; itu yang terjadi di Liga Santri,” ungkapnya selepas pertandingan semifinal Seri Nasional di stadion Sultan Agung, Bantul, Yogyakarta pada Sabtu (29/10).

Ia menambahkan, menonjolkan sisi moralitas sebetulnya tidak menjadi regulasi, tapi menjadi trade mark LSN sejak awal bergulir. Dan itu berlaku sampai sekarang.

Karena, katanya, regulasi itu lebih pada norma-norma pertandingan sesuai ketentuan yang berlaku secara internasional di bidang sepak bola. Rujukannya adalah standar FIFA. Sementara moralitas adalah kultur pesantren yang dibawa santri ke lapangan sepak bola.

Lebih lanjut ia mengatakan, pada sisi pembibitan dan pendidikan pun, Liga Santri sangat serius mengupayakannya. Pada sisi ini LSN serius dalam  regulasi sepak bola yang didampingi langsung M Kusnaeni, seorang profesional di bidang itu. Sementara keseriusan pada sisi pembibitan, Liga Santri didampingi pemandu bakat oleh pemain legendaris nasional, Robby Darwis.

“Sehingga para santri tidak ala tarkam yang tidak ada ujung capaian prestasi di masa yang akan datang,” tambah Direktur Lembaga Antidoping Indonesia (LADI) untuk olahraga prestasi.

Dengan demikian, ia berharap Liga Santri ini merupakan agenda jangka panjang. Jika hari ini dikatakan sebagai pendidikan dan pembibitan, maka harapannya adalah prestasi di masa yang akan datang.

“Liga Santri bisa menyumbangkan pemain di liga profesional di nasional maupan di event-event internasional. Dan jangan lupa mereka pemain yang sudah digembeleng pada sisi moralitas dan spiritual pesantren yang sangat militan,” jelasnya.    

Ia juga memberi catatan, penonton Liga Santri berbeda dengan penonton pada sepak bola yang lain. Mereka tertib di pinggir lapangan menyanyinyakn mars persantren dengan tertib dan membacakan shalawat Nabi. (Abdullah Alawi)