Nasional

Pemerintah Optimalkan Rawa sebagai Sumber Kawasan Pangan

Jumat, 14 Desember 2018 | 14:55 WIB

Jakarta, NU Online

Indonesia tercatat memiliki sekitar 34,1 juta hektare potensi lahan rawa yang bisa dioptimalisasi. Sementara lahan tersedia yang bisa dimanfaatkan secara langsung saat ini seperti semak belukar sekitar 7,5 juta hektar. Namun sejauh ini, baru sekitar 15 persen atau sekitar 3,68 juta hektar yang telah dimanfaatkan.

"Ada dua jenis lahan rawa, yaitu lahan rawa tanah gambut dan tanah mineral. Yang akan dikembangkan Kementan adalah lahan rawa mineral", ujar Kepala Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian Dedi Nursyamsi.

Ia menambahkan lahan rawa ini potensinya sangat tinggi, tetapi pemanfaatannya belum maksimal. Program SERASI (Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani) yang baru diluncurkan Kementan tujuannya mengoptimalkan rawa kurang produktif menjadi produktif.  "Kita berharap ini dapat menjadi solusi pangan tanah air. Saat ini kita sudah kelebihan beras sekitar 2,85 juta ton. Nah kalau rawa kita sudah produktif surplus kita akan bertambah," sambungnya.

Lebih lanjut Dedi menerangkan, dibandingkan lahan sawah yang sudah ada keunggulan rawa adalah airnya terus mengalir sekalipun kemarau dan el nino. "Air inilah yang menjadi sumber kehidupan kita. Semua yang hidup membutuhkan air. Nah di rawa ini airnya banyak," jelas Edi.

Kelebihan lainnya adalah, saat musim kemarau air di lahan rawa lebak menjadi surut. Karena surut, lahan yang bisa ditanami semakin luas. "Saat terjadi el nino yang sangat kuat pada 2015, di Jawa banyak sawah yang kena puso, tapi di rawa justru panen raya," kisah Edi.

"Di rawa lebak bisa sembilan ton per hektare, karena subur tanpa dipupuk. Itulah mengapa rawa ini potensinya sangat besar jika dikelola dengan baik," sambungnya.

Dedi mengungkapkan bahwa beberapa lahan rawa yang dikelola petani saat ini belum berjalan baik. Rata-rata indeks pertanam (IP) hanya sekali dalam satu tahun karena masih dikelola dengan cara tradisional. "Ke depan kita akan berikan edukasi kepada para petani untuk mengelola rawa. Di antaranya pengenalan teknologi, alsintan, pengenalan varietas dan tata kelola air," jelas Dedi.

Sekedar diketahui program serasi merupakan implementasi dan inovasi teknologi pertanian yang digelar pada Hari Pangan Sedunia di lahan pasang surut di Jejangkit Muara pada Oktober lalu. Lahan yang sudah ditinggalkan 18 tahun yang lalu dikembangkan menjadi lahan produktif dengan mengintegrasikan lahan sawah dengan ikan dan itik.

Program SERASI merupakan inisiasi pemerintah yang lebih luas dari Jejangkit yang dilaksanakan pada lahan  rawa pasang surut seluas 550 ribu hektar dan tersebar di enam provinsi. Di antaranya Sumsel, Kalsel, Jambi, Lampung, Sulsel dan Kalteng. (Red: Ahmad Rozali)