Nasional AICIS 2022

Peneliti Yo Nonaka Apresiasi Aktivitas Dakwah NU di Jepang

Kamis, 3 November 2022 | 15:46 WIB

Peneliti Yo Nonaka Apresiasi Aktivitas Dakwah NU di Jepang

Profesor Universitas Keio Jepang, Yo Nonaka, sebagai pembicara kunci di acara Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS), Rabu 2/10/2022. (Foto: Imam Nugraha).

Jakarta, NU Online
Profesor Universitas Keio Jepang, Yo Nonaka mengapresiasi peradaban Nahdlatul Ulama yang berkembang di Jepang. Menurutnya, NU yang memiliki jaringan luas, sebagai organisasi masyarakat terbesar di Indonesia, bahkan dunia, menampakkan peradabannya di Jepang. 


“Meskipun tergolong sebagai organisasi baru di Jepang, tapi (pergerakan) PCINU sangat aktif, salah satunya dalam mengurus masjid-masjid yang ada di Jepang,” kata Profesor Yo, sebagai pembicara kunci di acara Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS), Rabu (2/10/2022).


Ia menceritakan antusiasme warga NU ketika pertama kali masjid Al Ikhlas Kabukicho Tokyo diresmikan, warga NU banyak memberikan gagasan baru yang kreatif untuk menghidupkan masjid yang berdiri di pusat kota Jepang itu, dengan membuat agenda rutinan seperti tahlilan, yasinan, dan pengajian mingguan.


“Diresmikannya masjid itu memicu spirit warga muslim Indonesia, utamanya warga NU yang tinggal di Jepang. Mereka berlomba-lomba membuat kegiatan rutin, pengajian, tahlilan, bahkan pertunjukkan hadrah di sana,” terang dia.


“Meraka bilang lokasi masjid tersebut sangatlah sempurna untuk berdakwah,” sambungnya. 


Meskipun berlokasi di tengah hiruk-pikuk dan di bawah gemerlap kota Tokyo, dan hanya berukuran sekitar 3,5 x 4 meter, namun menurut penuturannya, semangat warga NU untuk melangsungkan kegiatan-kegiatan itu tetap berjalan dengan suka cita.


“Mereka tidak peduli seberapa keras klakson mobil di area tersebut, mereka juga tidak mempermasalahkan ukuran masjid yang cukup kecil, mereka tetap memadati masjid itu,” tuturnya.


Selain semangat yang menggebu, Profesor Yo juga mengapresiasi kekompakan warga NU ketika menyelenggarakan suatu acara. Contohnya, keberadaan berkat atau besek tahlilan yang tak pernah absen di setiap acara. 


“Sebagai ormas yang baru berdiri, PCINU Jepang selalu memasak dan memakan makanan bersama-sama setiap selesai acara, contohnya ketika selesai latihan hadrah atau tahlil mingguan,” katanya. 


Padatnya kegiatan yang mereka buat, lanjut dia, terkadang membuat jamaah masjid harus berkumpul di luar. Banyak aspirasi dari warga NU untuk memperlebar area masjid, namun sayang tempatnya sangat terbatas.


“Mereka menyampaikan pendapat untuk pelebaran masjid tapi tempat terbatas. Untungnya ada beberapa bangunan kosong yang pemiliknya memperbolehkan diubah menjadi masjid,” jelasnya.


Pelebaran itu, ungkap dia, disambut baik oleh kalangan muslim, khususnya warga NU. Mereka menamai bangunan baru itu dengan Masjid Nusantara. Kendati memiliki nama yang khas Indonesia, akan tetapi masjid tersebut juga banyak dikunjungi oleh etnis muslim lainnya.


“Jadi, sebelum pelebaran masjid hanya memiliki tiga lantai saja, bertambah dua lantai setelah diperlebar. Di lantai empat dan lima masjid, dihiasi oleh rak-rak buku, kitab, dan pajangan lukisan KH Hasyim Asy’ari, Pendiri NU,” jelas dia. 


“Tak hanya dua masjid itu, masjid-masjid di Jepang juga banyak yang dikelola oleh warga NU,” imbuh Profesor Yo.


Seperti diketahui, warga NU di Jepang telah membangun tiga masjid, yakni Masjid Nusantara Akihabara, Masjid Al-Ikhlas Kabukicho, dan Masjid Fijikawaguchiko. Ketiganya tidak membawa label NU pada namanya. 


Jumlah masjid NU di Jepang kemudian bertambah setelah PCINU Jepang meresmikan Masjid NU At-Taqwa, Pada Perayaan Idhul Adha 1442 H/ Juli 2021. Masjid itu berlokasi Kota Koga, Provinsi Ibaraki, Jepang.


Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Zunus Muhammad