Nasional

Peringati Hari Santri, Pelukis Nabila Gelar Pameran Tunggal Angon Angin di Surabaya

Kamis, 17 Oktober 2024 | 13:00 WIB

Peringati Hari Santri, Pelukis Nabila Gelar Pameran Tunggal Angon Angin di Surabaya

Pameran Tunggal Lukisan Nabila Dewi Gayatri. (Foto: istimewa)

Surabaya, NU Online

Pelukis Nabila Dewi Gayatri atau NDG akan menggelar Pameran Tunggal Seni Rupa bertajuk 'Angon Angin' di Galeri Merah Putih dan Galeri DKS, Balai Pemuda Surabaya, selama 9 hari, mulai 19 sampai 27 Oktober 2024.


Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Abdul Hakim Mahfudz dijadwalkan akan membuka secara resmi pameran tunggal itu pada Sabtu (19/10/2024).

Nabila mengatakan pameran tunggalnya digelar sebagai penanda hadirnya semacam musim yang penuh ketidakpastian, situasi anomali cuaca yang tak terprediksi arahnya dan jika kita cermati dan merasai sekeliling, maka alam seolah 'jumbuh' dengan manusianya.


Menurutnya, dunia sedang senandungkan ironi, mulai dari perang di beberapa belahan dunia tak kunjung usai, bencana di mana-mana, krisis pangan dan energi tampak makin dekat dan segera menggilas kita. 


Bagaimana dengan Indonesia? Menurut Nabila, selepas Pemilu, keadaan tidak baik-baik saja. Moralitas hanya gincu, uang menjadi transaksi untuk berbagai kepentingan, bargaining kekuasan dan mengusai semena-mena di depan mata.


"Sungguh, kita kehilangan pamomong, kehilangan tauladan kebajikan juga kehilangan sosok pemimpin yang negarawan," sergahnya.


Menurut Nabila, Indonesia yang begitu besar, plural, banyak potensi masalah, membutuhkan adanya pengayom, orang-orang yang sanggup menyatukan perbedaan, menempatkan semua golongan dalam satu ikatan. Jika tidak, Indonesia akan terus dirundung ketegangan, orang-orang tak bertanggung-jawab terus membuat gaduh.


Ada banyak pihak yang ingin menggoyahkan sendi-sendi bangsa. "Sesungguhnya negara ini menyimpan begitu banyak potensi untuk maju, namun sekaligus memiliki beban masalah yang pelik. Keberagaman yang dimilikinya adalah anugerah sekaligus kutukan," imbuhnya.


Nabila melihat, ancaman akan terus datang tak kenal lelah. Satu kekuatan dibenturkan dengan kekuatan lain. Satu golongan digesekkan dengan golongan lain, agar muncul kekacauan, seperti upaya membakar rumah untuk membuat kegaduhan, dan orang-orang jahat berkesempatan melakukan pencurian, saat rumah itu dikepung api. "Maka wajib hukumnya bagi kita, membaca semua itu dengan cerdas," ajaknya.


Di sinilah, Nabila terundang rindu kepada KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Guru Bangsa, yang serupa bocah angon yang humoris. Gus Durlah yang menurutnya, bisa 'Angon Angin' sebagai avatar pengendali angin, cuaca dan anomali saat ini, di mana kekuatan elit dan oligarki setiap saat bermain menentukan pemimpin, juga masa depan negeri. Menyaksikan situasi kegamangan dan keterpecahan, maka kita butuh pemersatu bangsa, pembimbing arah dan tujuan.


"Indonesia butuh pemimpin yang berwatak 'pinandita' sekaligus 'kewahyon', yang dibimbing langsung oleh Tuhan dan direstui semesta, yang nanti menjadi bocah 'Angon Angin' layaknya Gus Dur, yang mampu mengendalikan situasi kadya gabah den interi," kenangnya


Dari semua harapan itulah ide dan gagasan itu, Nabila menggelar pameran ini, semacam jangka dan pandom kompas ke depan. Bahwa putus asa bukanlah pilihan, di tengah kecamuk dan sengkarut yang terjadi.


Bahkan, lanjut Nabila, seharusnya ikut ambil bagian dari mengeja zaman, memupuk harapan, menebar energi positif lewat karya, atau dari profesi keahliannya masing-masing, sehingga kita menjadi bangsa yang tetap tangguh dan utuh di tengah gempuran berjuta persoalan. Apalagi fitnah di jaman ini, amatnya semakin hebat, ancaman untuk merobek negara kesatuan terus bekerja siang dan malam, kalau lengah, sedikit, hancurlah semuanya.


"Semoga Allah swt meridhai hajat saya kali ini hingga bertabur maslahah. Bisa memberi semangat dan menginspirasi banyak orang untuk terus berpihak dalam jalan kebaikan. Dan melalui pameran ini saya juga menitipkan pesan agar kita semua senantiasa mencintai orang-orang baik, mencintai ulama, mencintai NU, mencintai bangsa dan negara Indonesia," harapnya.


Pameran Tunggal Seni Rupa ini dikurasi oleh Agung Tato dan penulis Hary Prajitno. Tiga institusi bekerja sama dalam pameran ini, yakni Galeri Merah Putih, Galeri Dewan Kesenian Surabaya, dan NDG Gallery.