Rangkaian acara yang diikuti 40 mahasantri ma’had aly dari berbagai daerah di Indonesia itu diisi dengan penguatan materi terkait keulamaan, wawasan kebangsaan dan ke-NU-an. Praktisi yang ahli dalam bidang ajaran islam dan wawasan kenegaraan dihadirkan Lakpesdam.
Misalnya materi Ahlusunnah wal Jamaah an-nahdliyah yang disampaikan Mustaysar PBNU KH Ahmad Ishomudin, materi usul fikih sebagai instrumen analisis sosial disampaikan KH Imam Nakho’i, dan materi Islam Demokrasi HAM dan NKRI disampaikan Ketua Lakpesdam PBNU Rumadi Ahmad.
Kemudian, materi Islam dan Gender oleh H Marzuki Wahid, materi Islam good governance dan anti korupsi disampaikan pihak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI. Lalu, materi Islam dan ekstremisme disampakan peneliti teroris, Solahudin dan materi-materi literasi media sosial disampaikan Redaktur Pelaksana NU Online Mahbib Khoiron.
Sedangkan untuk materi kontekstualisasi kitab kuning dan tantangan kontemporer disampaikan KH Husein Muhammad serta materi islam dan kerusakan alam dipaparkan aktivis lingkungan Roy Murtadho.
Selain itu selama 4 hari mahasantri dididik berbagai teori penguatan Islam Ahlusunnah wal Jamaah melalui diskusi-diskusi kelompok. Mereka juga diminta membaca tantangan dan peluang bagaimana situasi keagamaan di Indonesia 10 tahun ke depan. Peran mahasantri diminta terlibat penuh terutama dalam hal menguatkan ideologi bangsa, Pancasila dan Ahlusunnah wal Jamaah.
Sekretaris Lakpesdam PBNU, H Marzuki Wahid disela-sela mengisi Focus Grup Discussion (FGD) menegaskan bahwa kehadiran PPWK menjadi momentum kaderisasi calon ulama muda di kalangan NU. Nantinya, mahasantri akan fokus dibentuk menjadi seorang yang bisa mempertahakan ideologi Islam Ahlusunah wal Jamaah melalui Mustaysar NU di semua tingkatan.
“Kegiatan PPWK bertujuan untuk regenerasi ulama yang berkarakterwibawa cakap peduli tegas dan memahami problem mendasar rakyat. Serta untuk pemiskinan pembodohan, korupsi, terorisme, radikalisme, kekerasan, globalisasi, ideologi transnasional, eksploitasi sumber daya alam bagi calon ulama muda,” kata Marzuki saat menyampaikan materi.
Sekretaris Ditjen Pendis Kemenag RI Imam Syafi’i mengatakan PPWK penting untuk pendalaman wawasan keulamaan terutama untuk pemahaman moderasi beragama. Itulah mengapa organisasi kemasyarakat dan keagamaan seperti NU terus menggelorakan ‘NRI harga mati’ karena NU menganggap penting menjaga bangsa dan negara.
“Makanya NKRI harga mati harus dipegang sama-sama,” ujarnya.
Dewasa kini, ia mengaku khawatir karena ada yang terus menerus membandingkan Indoensia dengan negara lain. Padahal, haqul yaqin dibanding negara luar Indonesia lebih indah dan aman.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua