Nasional

Psikolog: Siswa Harus Bangkit Usai Gagal SNBP, PTNU Jadi Solusi Lanjutkan Pendidikan

Ahad, 23 Maret 2025 | 16:00 WIB

Psikolog: Siswa Harus Bangkit Usai Gagal SNBP, PTNU Jadi Solusi Lanjutkan Pendidikan

Ilustrasi siswa SMA bangkit setelah gagal mengikuti SNBP 2025. (Foto: freepik)

Jakarta, NU Online

Hasil Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025 telah diumumkan pada Selasa (18/3/2025). Namun, hanya 173.028 siswa yang berhasil lolos melalui jalur tersebut. Psikolog Yuli Fajar Susetyo menegaskan bahwa siswa yang tidak lolos SNBP harus segera bangkit dan menyiapkan diri untuk menempuh jalur seleksi lainnya.  


“Siswa harus bangkit setelah gagal di jalur SNBP. SNBP itu hanya satu pintu, sedangkan masih banyak pintu lain menuju kampus impian,” ujar Yuli kepada NU Online pada Sabtu (22/3/2025).  


“Seharusnya tidak patah semangat atau menyerah. Ketika satu pintu tertutup, langsung cari pintu lain. Ada UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer), ada ujian mandiri, dan masih banyak jalur lain,” lanjutnya.  


Ia menekankan agar siswa tidak berlarut dalam kesedihan, tetapi segera menyusun strategi belajar untuk menghadapi seleksi berikutnya.  


“Setelah gagal, langkah berikutnya adalah menyusun strategi dan merancang rencana belajar untuk jalur ujian lain,” katanya.  


Dosen Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) itu juga menyarankan agar siswa mencari lingkungan yang positif, seperti belajar bersama calon mahasiswa lain yang juga berjuang masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN).  


“Berkumpullah dengan orang-orang yang memiliki semangat yang sama untuk menghadapi ujian masuk PTN lainnya. Dengan begitu, energi positif dan semangat tetap terjaga,” ucap Yuli.  


Sementara itu, Sekretaris Lembaga Pendidikan Tinggi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPT PBNU) Muhammad Faishal Aminuddin menyampaikan bahwa perguruan tinggi Nahdlatul Ulama atau PTNU bisa menjadi alternatif bagi siswa yang ingin melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi.  


“Bagi siswa yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, PTNU bisa menjadi solusi. Di sana tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu agama, tetapi juga ilmu sains, ekonomi, sosial-humaniora, hingga kedokteran,” ujar Faishal kepada NU Online pada Ahad (23/3/2025).  


Ia menjelaskan bahwa saat ini terdapat sekitar 300 PTNU yang terdiri atas universitas, institut, akademi, dan sekolah tinggi, dengan total 1.200 program studi serta lebih dari 500.000 mahasiswa.  


“Terdapat empat PTNU yang telah terakreditasi institusi unggul dan 17 lainnya berakreditasi Baik Sekali. PTNU menjangkau hampir seluruh wilayah di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara Barat, dan Maluku Utara,” katanya.  


Faishal juga menambahkan bahwa PTNU telah memiliki sarana dan prasarana akademik serta riset yang memadai untuk menunjang proses belajar mengajar secara optimal.  


Ia mencontohkan beberapa PTNU dengan keunggulan masing-masing, yakni Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta (UNU Jogja) yang berfokus pada pembelajaran yang membekali mahasiswa untuk siap bekerja di sektor swasta dan industri.  


“UNU Sidoarjo lebih fokus pada pendidikan guru, UNU Pasuruan mengembangkan teknologi inklusif, Unusa unggul dalam bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat, sementara Unisma Malang menonjol di bidang hukum, administrasi, dan pertanian,” ungkapnya.  


Selain itu, Faishal menjelaskan bahwa PTNU telah menjalin kerja sama dengan berbagai kampus luar negeri, terutama di Asia Tenggara, China, India, dan Timur Tengah, guna mendukung proses pembelajaran mahasiswa.  


Menurutnya, biaya perkuliahan di PTNU sangat terjangkau, memiliki banyak program beasiswa, serta lulusannya diakui di dunia kerja.  


“PTNU bisa menjadi pilihan bagi calon mahasiswa karena biaya pendidikannya sangat terjangkau dan tersedia banyak beasiswa. Standar mutu juga terjamin, sehingga lulusannya diakui dalam dunia kerja maupun studi lanjut,” katanya.  


“Selain itu, jejaring PTNU yang luas memungkinkan mahasiswa mendapatkan pengalaman budaya dan atmosfer pendidikan yang beragam,” pungkasnya.