Nasional

Rebo Wekasan Betulkah Hari Nahas?

Selasa, 20 September 2022 | 11:00 WIB

Jakarta, NU Online

Hari Rabu terakhir pada bulan Safar atau yang dikenal dengan sebutan Rebo Wekasan diyakini sebagian orang sebagai hari turunnya bala. Jika benar demikian, peristiwa tersebut pada tahun 1444 H ini akan jatuh pada esok, Rabu (21/9/2022).


Disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Qamar ayat 19, terdapat hari naas yang terus-menerus. Dilansir NU Online dalam tulisan Penjelasan Mengenai Rebo Wekasan Penjelasan Mengenai Rebo Wekasan, Imam al-Bagawi dalam tafsir Ma’alim al-Tanzil menceritakan, bahwa kejadian itu (fi yawmi nahsin mustammir) tepat pada hari Rabu terakhir bulan Safar. 


Istilah hari naas yang terus menerus atau yawmi nahsin mustammir juga terdapat dalam hadits Nabi. Tersebut dalam Faidh al-Qadir, juz 1, halaman 45, Rasulullah bersabda, "Akhiru Arbi’ai fi al-syahri yawmu nahsin mustammir (Rabu terakhir setiap bulan adalah hari sial terus)."


Hal ini bertentangan dengan hadits sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah berikut.


"Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa." (HR Imam Bukhari dan Muslim).


Bulan Safar sejak masa jahiliyah kuno, termasuk bangsa Arab, diyakini sebagai bulan sial. Anggapan sial ini telah terkenal pada umat jahiliah dan sisa-sisanya masih ada di kalangan muslimin hingga saat ini.


Sementara itu, Syekh Abdul Hamid Quds, dalam kitabnya Kanzun Najah Was-Surur fi Fadhail Al-Azminah wash-Shuhur, menjelaskan bahwa banyak para Wali Allah yang mempunyai pengetahuan spiritual yang tinggi (kasyaf) mengatakan bahwa pada setiap tahun, Allah swt menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.


Tak ayal, para ulama menganjurkan kepada umat Islam agar melakukan shalat sunnah yang diniatkan shalat mutlak atau shalat hajat empat rakaat dengan bacaan surat dan jumlah yang ditentukan.


Dari sisi yang lain, keyakinan Rabu terakhir sebagai hari bala justru membuka pintu bala’ itu sendiri. Pasalnya, sebagaimana dilansir NU Online dalam tulisannya Rebo Wekasan, Hari Untung Bukan Buntung, Abdul Wahab Ahmad, Wakil Katib PCNU Jember dan Peneliti di Aswaja NU Center Jember mengungkapkan, Allah swt memang menyesuaikan rahmat atas seorang hamba sesuai dengan prasangka hamba itu sendiri. Disebutkan dalam sebuah hadits qudsi, "Aku (Allah) sesuai persangkaan hambaku tentang diriku." (Muttafaq ‘Alaihi)


Sebaliknya, Rabu juga diyakini sebagai hari berkah. Sebab, sebagaimana disebut dalam hadits, bahwa cahaya diciptakan Allah swt pada hari Rabu. “Allah Yang Maha Agung menciptakan tanah di hari Sabtu, ...  dan menciptakan cahaya di hari Rabu...” (HR. Muslim)


Dalam hadits lain, disebutkan bahwa doa-doa Nabi Muhammad saw dikabulkan pada hari Rabu. Hal ini membuat Sahabat Jabir bin Abdullah memanjatkan doa pada hari Rabu antara waktu Zuhur dan Asar mengingat waktu tersebut diyakini mustajab.


Bahkan, ada tokoh sufi yang juga mengatakan, bahwa apapun yang dimulai pada hari Rabu akan sempurna. Hal itu disampaikan Imam al-Hafidz as-Sakhawi as-Syafi’I dalam Al-Maqashid al-Hasanah.


Tak ayal, banyak kiai yang kerap memulai pengajian di hari Rabu guna mengambil keberkahan dan kesempurnaan.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan