Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Habib Munzyr Al Musawa dikenal sebagai sosok pendakwah yang lemah lembut. Tak ayal, lautan orang selalu memenuhi majelisnya. Namun, dakwahnya ini tidak hanya dilakukan di atas panggung dan majelis. Sikapnya yang demikian lemah lembut justru menjadi pedang yang begitu ampuh menaklukkan orang untuk bersikap serupa.
Hal inilah yang dirasakan Nasrullah, salah seorang jamaahnya. Saat ia dulu masih kerap nongkrong sembari minum-minuman keras atau mengonsumsi narkoba, Habib Munzyr selalu membuka kaca mobilnya sembari menyampaikan salam.
“Jadi kita orang nongkrong di pertigaan. Saya nongkrong di situ. Setiap Habib Munzyr lewat, kita pada bubar nih. Pada takut. Padahal nggak diapa-apain. Karena beliau setiap lewat pasti buka kaca, pasti nyalam, ‘Assalaamu’alaikum’,” begitu kenang Nasrullah.
“Kita yang lagi pada nongkrong malu. Akhirnya pada bubar,” lanjutnya sebagaimana disampaikan dalam video yang tayang di kanal Youtube NU Online pada Senin (16/5/2022).
Meskipun mereka tengah asik minum dan dibuat mabuk karenanya, Habib Munzyr tak segan untuk menyapanya dengan menyampaikan salam. “Itu akhlak beliau,” jelas Nasrullah.
Ia bersyukur bisa berjumpa dengan Habib Munzyr. Pertemuannya itu dapat membuatnya taubat dan berhenti dari kelakuannya minum-minum dan mengonsumsi narkoba. “Alhamdulilah, ketemu sama beliau, sama Habib Munzyr ini semuanya bisa lepas. Semuanya bisa hilang,” katanya.
Nasrullah juga selalu ingat dengan pesan yang begitu mengena di hatinya, yakni agar bersikap lemah lembut. Sebab, hal tersebut merupakan pedang cahaya yang mampu menembus hati. “Beliau itu, salah satu yang ana ingat, beliau bilang, pandangan beliau, "Lemah lembut. Lemah lembut itu pedang cahaya. Sebab, pedang cahaya ini bisa menembus ke dalam hati."
Habib Nabiel Al Musawa juga mengisahkan kelembutan adiknya itu dalam berdakwah dan bersikap. Ia mencontohkan sikap Habib Munzyr mencium tangan seorang preman. Hal ini bukan cerita yang menjadi buah bibir saja, melainkan juga ada bukti fisiknya berupa foto.
“Salah satu contoh, misalnya, waktu dia cium tangan preman itu, itu dia nggak pernah nyeritain itu. Yang nyeritain anak buahnya karena memang ada buktinya dia cium tangan,” katanya.
Meskipun Habib Munzyr sendiri tidak pernah menceritakannya, tetapi beberapa jamaah yang mengikuti perjalanan dakwahnya menceritakannya sampai menunjukkan bukti fisiknya.
“Habib Munzyr itu memang nggak pernah mengekspos apa yang kelebihan dia, apa-apa yang terkait perjalanan dakwah dia. Yang mengekspos itu anak buahnya. Habib Munzyr begini. Wah dia ada peristiwa begini. Terus ketemu orang begini,” katanya.
Dalam dakwahnya, Habib Munzyr juga pernah menyampaikan agar orang-orang yang bermaksiat tidak boleh diganggu, apalagi sampai dicaci maki. Mereka, menurutnya, harus diajak dengan penuh lemah lembut.
“Saudara-saudara kita yang tenggelam dalam kemaksiatan dan dosa jangan diganggu. Ajak dengan lemah lembut, jangan sampai dicaci, jangan sampai dimaki. Kalau kita caci maki berarti sama dengan mereka,” ujar ulama kelahiran Cianjur, Jawa Barat pada 23 Februari 1973 itu.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua