Nasional

Sejumlah Ulama NU yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Selasa, 10 November 2020 | 08:15 WIB

Sejumlah Ulama NU yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Logo Nahdlatul Ulama awal. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Setiap tahun, Pemerintah Republik Indonesia memberikan gelar pahlawan nasional kepada tokoh-tokoh tertentu yang berjasa mengorganisasi, menggerakkan, dan memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari tangan penjajah.


Tak terkecuali tokoh-tokoh nasionalis, ulama-ulama pesantren juga memiliki andil besar dalam merebut dan mempertahankan kemderdekaan. Bahkan sejumlah ulama pesantren seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Subchi Parakan, KH Wahid Hasyim, KH Wahab Chasbullah, dan lain-lain menjadi tempat meminta restu dan nasihat perjuangan oleh tokoh-tokoh seperti Bung Karno, Panglima Soedirman, Bung Tomo, dan prajurit-prajurit lainnya.


Selain mengakui perjuangan para ulama, negara juga mengamini perjuangan besar para santri yang tergabung di berbagai laskar. Hal ini membuat para ulama sebagai penggerak dan pejuang kemerdekaan kerap dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Namun, beberapa ulama masih dalam tahap pengusulan.


Berikut sejumlah Ulama NU yang diusulkan menjadi Pahlawan Nasional di antaranya sebagai berikut:


1. KH Bisri Syansuri


KH Bisri Syansuri merupakan salah seorang pendiri Nahdlatul Ulama Bersama KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Chasbullah, dan kiai-kiai lainnya. Selain berjuang, beliau juga mendirikan Pondok Pesantren Manbaul Ma’arif Denanyar, Jombang, Jawa Timur.

 

Ia juga pernah menjadi komandan markas besar ulama. Kakek Gus Dur dari jalur ibu ini juga merupakan ulama yang turut menggagas program keluarga berencana.


2. KH Achmad Shiddiq


Ulama ‘alim kelahiran Jember, 24 Januari 1926 ini berperan besar dalam menyusun kajian penerimaan asas tunggal Pancasila oleh NU dalam Munas Alim Ulama tahun 1983. Hebatnya, penerimaan asas tunggal Pancasila oleh NU itu, kemudian diikuti ormas-ormas lain.


"Kiai Ahmad Shiddiq berhasil meyakinkan para kiai, peserta Munas untuk menyetujui dokumen hubungan Islam dan Pancasila. Pancasila tidak bertentangan dengan Islam. Malah, butir-butir dalam Pancasila adalah merupakan wujud dari nilai-nilai Islam. Itu Kiai Ahmad Shiddiq mampu membuat argumen yang masuk akal," ujar almarhum KH Salahuddin Wahid dalam "Lokakarya Penyusunan Naskah Akademik Pengusulan KH Ahmad Shiddiq sebagai Pahlawan Nasional", Senin (25/5/2015) lalu di Universitas Jember.


3. KH Cholil Bangkalan


Ulama asal Madura ini merupakan guru para ulama pesantren, khususnya di Jawa dan Madura. Beliau juga menjadi simbol perlawanan kaum pesantren terhadap kolonialisme.


Hal itu ditunjukkan dengan murid-muridnya yang getol melawan penjajah seperti: KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, KH Bisri Mustofa, KH Nawawi, KH Asad Syamsul Arifin. Bahkan beberapa murid-muridnya tersebut sudah lebih dulu mendapat gelar pahlawan nasional.


4. TGH Shaleh Hambali atau Tuan Guru Bengkel


TGH Shaleh Hambali merupakan salah seorang ulama pelopor pendirian NU di Pulau Lombok. Beliau tercatat dalam sejarah sebagai tokoh ulama kharismatik yang besar perannya bagi pendidikan dan semangat kebangsaan di Lombok, NTB. Sejak zaman penjajahan Belanda, Jepang dan perjuangan kemerdekaan, kharisma dan pengaruh TGH Saleh Hambali sangat terasa bagi generasi muda, khususnya di Lombok.


Tuan Guru Haji (TGH) Saleh Hambali lahir di Desa Bengkel, Lombok Barat, NTB pada Jumat 7 Ramadhan 1313 Hijriah bertepatan dengan 1893 Masehi. Beliau juga dikenal dengan sebutan Tuan Guru Bengkel.


5. KH Muhammad Shaleh Lateng


Kiai Haji Muhammad Saleh yang lebih dikenal KH Saleh Lateng, salah seorang ulama NU yang diusulkan menjadi pahlawan nasional. KH Saleh Lateng salah seorang pendiri NU, terlibat dalam perumusan Komite Hijaz tanggal 31 Januari 1926 yang menjadi hari lahir NU, beliau juga ulama pejuang yang melakukan konfrontasi terhadap penjajah, baik secara fisik atau secara budaya.


KH Saleh Lateng melarang para santri dan umat saat itu memakai celana, jas, dasi, tetap memakai kopiah dan sarung sebagai perlawanan kultural terhadap Pemerintah Kolonial, ini juga diperintahkan oleh Hadhratussyekh KH Hasyim Asy'ari.


Dalam konfrontasi fisik, KH Saleh Lateng juga terlibat dalam perumusan Resolusi Jihad 21-22 Oktober 1945 yang melahirkan Pertempuran 10 November 1945. KH Saleh Lateng juga terlibat dalam pertempuran itu.


6. Prof KH Anwar Musaddad dan KH Muhyiddin


Pengusulan dua tokoh ulama asal Jawa Barat tersebut dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD).


KH Anwar Musaddad sendiri adalah pejuang kemerdekaan asal Garut, pendiri sekaligus rektor pertama Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati Bandung. KH Anwar Musaddad juga pendiri pondok pesantren dan yayasan pendidikan Al Musaddadiyah Garut.


Sedangkan, KH Muhyiddin merupakan salah seorang ulama ternama asal Jawa Barat yang pada era penjajahan Belanda terlibat dalam perjuangan merintis, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan. Dia juga telah mendirikan delapan pesantren yang tersebar di Subang, Purwakarta, dan Sumedang.


Guru Besar Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Nina Herlina Lubis, yang ikut dalam seminar tersebut, mengatakan bahwa KH Muhyiddin ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan.


“Tidak hanya bergabung dengan Hizbullah, KH Muhyiddin pun menjadikan pesantren Pagelaran I (Tanjung Siang) sebagai markas pelatihan dan penggemblengan mental bagi para pejuang Hizbullah,” jelas Nina dikutip Antara, Rabu (22/4/2020) lalu.


Pada masa penjajahan Belanda, KH Muhyiddin juga dikenal memimpin para pejuang untuk menyerang garis pertahanan Sekutu di Bandung Utara.


Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Kendi Setiawan