Nasional JELANG MUNAS-KONBES

Tanggung Jawab Alim Ulama Sungguh Berat

Kamis, 6 September 2012 | 07:00 WIB

Jakarta, NU Online
“Saya sudah pernah menjadi pemimpin, saya sudah pernah menjadi direktur sesuatu perusahaan besar, saya sudah pernah menjadi pegawai, bahkan saya sudah pernah beberapa kali menjadi Menteri Negara.."

<>

"..Tetapi belum pernah merasai tanggung jawab yang lebih berat daripada saya sebagai ulama.”

Pernyataan itu dikemukakan KH A. Wahid Hasyim yang dikutip buku 20 Tahun Indonesia Merdeka yang diterbitkan Departemen Penerangan, 1965. 

Dari pernyataan putera Hadrotusy Syekh KH Hasyim Asy’ari tersebut, buku itu menegaskan, ulama mempunyai tugas daan kewajiban untuk membawa umat ke arah kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia penuh dengan kemerdekaan, keadilan dan kemakmuran badaniyah dan rohaniyah, materil, sprituil serta kebahagiaan akhirat.

Hal senada juga diungkapkan Ketua Umum PBNU KH Said Agil Siroj. Menurutnya, tanggung jawab menjadi ulama  tidaklah mudah karena dibutuhkan pemahaman yang benar tentang Islam.

“Ulama mempunyai tugas harus mampu memahami, mendalami, memperluas, mengembangkan dan pemahaman agama yang benar,” ujarnya saat memberi taushiyah pada pelantikan PCNU Kendal awal September lalu.

Kiai Said menambahkan, dibutuhkan ketekunan dan pemikiran yang cerdas untuk bisa memahami, mendalami, memperluas, mengembangkan serta pemahaman agama yang betul-betul benar.

Dalam memahami dan memperluas serta mengembangkan agama, ulama harus kontekstual dan sesuai dengan perkembangan zaman sekarang. Selain itu, ulama sudah harus bisa memanfaatkan perkembangan zaman, dan teknologi,” tambahnya.

Lebih jauh, ia menambahkan, ulama juga mampu mengendalikan gejolak di masyarakat. Ulama NU harus mempertahankan budaya, tradisi nilai-nilai jati diri serta tata krama. Prinsip NU adalah ahlak harus didahulukan, sehingga tidak akan terpengaruh perkembangan globalisasi yang makin pesat.

Dalam kesempatan lain, Kiai asal Cirebon ini menjelaskan, ulama di Indonesia berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Hal itu setidaknya jika dibandingkan dengan peran ulama di Timur Tengah.

Menurutnya, banyaknya ulama tersohor di Timur Tengah belum bisa menjadi solusi bagi pergolakan sosial dan politik yang ada. Indonesia lebih beruntung, meski hanya memiliki kiai kampung, masyarakatnya sanggup hidup integral secara harmonis.

“Kiai kampung masih bisa berperan. Kita mampu menjaga persatuan dan kesatuan,” ujarnya, ketika membuka pelatihan dai-daiyah NU di Jakarta, awal Juli lalu.

Sebagai tanggung jawab ulama terhadap beragam masalah yang berkembang di masyarakat, PBNU akan menggelar Munas dan Konbes Alim Ulama pertengahan September mendatang, tepatnya dari tanggal 14-17 Septemper 2012, di Pesantren Kempek, Cirebon-Jawa Barat.

 

Redaktur : Hamzah Sahal
Penulis    : Abdullah Alawi