Jakarta, NU Online
Putri kedua Gus Dur, Yenny Wahid mengatakan bahwa kelompok perempuan pada dasarnya memiliki peran yang besar dalam rangka pengentasan kemiskinan dan ketimpangan sosial. Hal itu disampaikan dalam Forum Tahunan IMF-World Bank tahun 2018 yang digelar di Nusa Dua Bali, Rabu (10/10)
Kelompok ini, lanjut Direktur Wahid Foundation ini, dapat dilibatkan secara penuh dalam melakukan aktivitas perekonomian di level yang paling bawah seperti yang telah dilakukan oleh lembaganya dalam membangun program Desa Damai yang banyak melibatkan kelompok perempuan di dalamnya.
Salah satu desa di kawasan Klaten yang mendirikan monumen perdamaian berhasil menarik minat para pendatang untuk berkunjung. Dalam kunjungan seperti itu terjadi transaksi jual beli antara pendatang dan masyarakat lokal sehingga menambah pendapatan kommunitas masyarakat desa.
"Dari sana para ibu-ibu menyiapkan pernak-pernik, pakaian khas, makanan yang khas dari desa itu. Di situ terjadi transaksi antara pendatang dan kelompok masyarakat," kata Yenny di Bali.
Program Desa Damai yang diinisiasinya tidak hanya menyasar peningkatan ekonomi saja, namun juga menekankan peningnya agar para perempuan yang terlibat juga memiliki komitmen yang tinggi terhadap pendidikan anaknya.
Sebagai kesimpulan, Yenny mengatakan bahwa pengentasan kemiskinan dapat dilakukan dengan cara melibatkan kelompok perempuan yang selama ini dinilai sebagai salah satu kelompok paling rentan dalam masyarakat. Pelibatan perempuan, lanjutnya, dapat berdampak lebih luas karena di Indonesia perempuan merupakan sosok yang paling dekat dengan anak-anak di dalam keluarga.
Dalam forum ini, Yenny merupakan salah seorang pembicara di antara sejumlah pembicara ternama lainnya, antara lain: Mantan menteri Keuangan Indonesia Muhamad Chatib Basri, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Bali Wayan Koster, Direktur Smeru Asep Suryahadi.
Forum ini dibuka oleh Menteri Bappenas Prof Bambang Brodjonegoro yang juga menyampaikan presentasi tentang upaya penekanan kemiskinan dan ketimpangan sosial. (Ahmad Rozali)