Kemajuan teknologi di pesantren tidak bisa dilepaskan dari perkembangan dunia pendidikan yang kian ramah teknologi dan sarat inovasi. (Foto ilustrasi: Kemenag/Elik Ragil)
Waryono Abdul Ghofur
Kolomnis
Jika kita menautkan hubungan antara pondok pesantren dan teknologi, apa yang pertama kali terlintas dalam benak kita? Mungkin jika pertanyaan itu diajukan di tahun 80 hingga 90-an, jawaban yang akan keluar adalah bahwa dua hal tersebut tidak saling terkait. Sebab, dulu, bahkan hingga kini, pesantren memang sangat identik dengan pengajaran kitab kuning yang dengan imej tradisionalnya terkesan anti terhadap teknologi.
Namun, pada sekitar tahun 2000-an anggapan tersebut mulai bergeser. Bahkan jika kita mencari informasi mengenai pesantren teknologi di mesin pencari seperti “Google” maka akan dengan mudah kita menemukan sejumlah pondok pesantren yang menyediakan pembelajaran kitab kuning dengan teknologi sekaligus.
Pada dasarnya kemajuan teknologi tidak bisa dilepaskan dari perkembangan dunia pendidikan. Pondok pesantren yang salah satu fungsinya sebagai lembaga pendidikan tentu harus turut mengikuti perkembangan dan juga terlibat aktif dalam proses pemajuan teknologi. Sebab, kemajuan teknologi merupakan bagian dari sebuah upaya membangun peradaban.
Manusia sendiri diperintah oleh Allah swt dalam QS Hud ayat 61 berfirman: “Dia (Allah) telah menciptakan kalian dari tanah dan menuntut kalian membangun (memakmurkan) di atasnya”. Dari ayat ini Allah swt memerintahkan kepada manusia untuk meramaikan dan membangun bumi ini. Tentu yang dimaksud di dalam membangun di atas bumi ini dalam rangka bertujuan untuk kebaikan, bukan malah membuat kerusakan. Jadi, dalam konteks Islam, kemajuan teknologi sekalipun tetap dalam rangka untuk kebaikan dan kemaslahatan umat manusia, bukan malah merusak tatanan kehidupan yang ada.
Mempertebal Hubungan Pesantren dan Teknologi
Jika kita merujuk sejarah kejayaan Islam di mana umat Islam tampil sebagai salah satu penemu dan pengembang teknologi. Tidak sedikit para saintis Muslim yang memiliki kontribusi penting bagi perkembangan teknologi. Untuk sekadar menyebut beberapa di antaranya adalah Ibnu Sina dengan temuan-temuan kedokterannya, Al-Zahrawi dengan teori menjahit, al-Khawarizmi dengan ilmu aljabar, trigonometri hingga algoritma, al-Battani dengan temuannya tentang penentuan tahun, sampai kepada Ismail al-Jazari yang sering disebut sebagai Bapak Robotika dan penemu jam pertama di dunia.
Dalam tradisi fiqih, pendapat para ahli yang di dalamnya termasuk para saintis menjadi salah satu acuan dan pertimbangan dalam menjawab persoalan-persoalan keagamaan yang berhubungan dengan dunia sains. Hal ini menunjukkan bahwa para ahli fiqih menganggap penting ilmu tersebut, alih-alih menolaknya. Pendapat para ahli yang dalam istilah fiqih disebut sebagai “ahl al-khubrah” menurut para ahli fiqih bisa menjadi hujjah.
Hal yang sama juga terjadi di dunia pesantren sebagaimana terlihat dalam forum-forum bahstul masail yang mendiskusikan hal ihwal yang terkait dengan sains dan teknologi. Sebelum mencarikan argumen-argumen fiqihnya para kiai dan santri senior yang terlibat dalam bahtsul masail mendengarkan paparan dari para ahli.
Dengan demikian, pada dasarnya hubungan antara Islam atau lebih khusus pesantren dan Teknologi sangat dekat. Meskipun sekarang yang terlihat cukup dominan masih dalam konteks penggunaan teknologi seperti penggunaan sarana teknologi dalam rangka proses pembelajaran maupun sarana penunjang, akan tetapi hal ini setidaknya mempertebal tesis bahwa pondok pesantren tidak anti terhadap kemajuan sains dan teknologi.
Bahkan jika kita melihat kondisi pondok pesantren hari ini kita akan menemukan sejumlah pondok pesantren yang telah menggunakan teknologi terapan seperti penggunaan teknologi untuk meningkatkan ternak dan budi daya perikanan di pesantren, teknologi pemanfaatan limbah sampah di pesantren untuk membuat pupuk organik, dan lain sebagainya. Hal ini kian menunjukkan bahwa ada perubahan-perubahan yang terjadi di dalam pondok pesantren. Meski demikian, ciri utamanya sebagai lembaga yang mengajarkan kitab kuning tetap tidak berubah.
Waryono Abdul Ghofur, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag RI
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua