Opini

Peringatan dari Bukit Cahaya

Kamis, 29 April 2021 | 00:30 WIB

Peringatan dari Bukit Cahaya

Kalam, kuas, pensil atau pencit, dipastikan punya kaitan erat dengan seni menulis kaligrafi. (Lukisan kaligrafi, cat minyak di atas kanvas: Didin Sirojuddin AR).

Untuk pertama kali Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril AS:


إقرأباسم ربك الذي خلق خلق الإنسان من علق اقرأوربك الأكرم  الذي علم بالقلم علم الإنسان مالم يعلم


Artinya, "BACA-lah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. BACA-lah! Tuhan engkau adalah Amat Mulia. Yang mengajarkan manusia dengan kalam. Mengajarkan kepada manusia barang yang (tadinya) tidak mereka ketahui." (Surat Al-'Alaq ayat 1-5).


Ayat-ayat dan wahyu permulaan ini turun saat Muhammad SAW berusia 40 tahun (menurut perhitungan tahun Hijriyah). Satu tahun Hijriyah punya selisih kekurangan 11 hari dari tahun Miladiyah. Ini berarti, usia beliau belum genap 40 tahun menurut perhitungan tahun Miladiyah. Kalau lahir tahun 571 M, maka ayat-ayat “iqra” ini dinuzulkan kira-kira tahun 609 Miladiyah (571 + 40-2 tahun).


Penggal pertama Surat Al-Alaq diterima Rasulullah SAW saat beliau ber-tahannuts (menyepi untuk beribadah) di Gua Hira di kawasan Bukit Cahaya (Jabal Nur).


Baik kata "qalam" yang tertera dalam Surat Al-Qalam, maupun "qalam" yang ditoreh pada Surat Al-'Alaq, yang kedua-duanya turun di Makkah, ada  jalinan yang patut jadi perhatian kita. Yaitu, tentang pentingnya fungsi "qalam" (Arab: قلم/qalam) atau pena dan tulisan dalam kehidupan berbudaya manusia di bumi.


Kalam, kuas, pensil atau pencit, dipastikan punya kaitan erat dengan seni menulis kaligrafi. Bagi seorang muslim, belajar kaligrafi adalah keharusan, karena ia harus bisa menulis ayat-ayat Al-Qur'an dengan khat yang indah. Setiap muslim dituntut terlibat dalam aktivitas keilmuan.


Dalam pada itu, "bil qalam" (بالقلم) tidak hanya melulu pulpen, tapi telah berkembang kepada peralatan multimedia yang lebih luas dan canggih mencakup telepon, telegram, telefunken, teleks, faksimile, email, komputer, radio, radiogram, televisi, parabola, video, vcd, film, dekoder, instagram, twitter, facebook, dan aneka fasilitas internet lain-lain.


Makna  بالقلم/bil qalam adalah  "dengan kalam". Artinya juga "dengan alat multimedia" sebagai fasilitas meraih ilmu pengetahuan. Kalam atau pena adalah alat untuk menulis ilmu.


Mengapa ayat-ayat iqra yang harus mula diturunkan? Ini adalah peringatan, bahwa seorang Muslim harus pandai menyimak, membaca dan mengapresiasi gerakan-gerakan, perubahan-perubahan, dan kemajuan-perubahan. Seorang Muslim harus berilmu pengetahuan. Ingin menguasai dunia, harus dengan ilmunya. Ingin meraih akhirat, juga harus dengan ilmunya.


Jika kalam disebut-sebut sebagai “penunjang ilmu pengetahuan,” seperti disebutkan dalam wahyu di atas, maka ia tiada lain daripada “sarana” Al-Khaliq dalam rangka memberikan petunjuk-Nya kepada manusia. Tetapi, dari sini pula tergambar lebih tegas bahwa kaligrafi mendominasi tempat tertua dalam literasi sejarah Islam itu sendiri, mengangkat kedudukannya semakin valid dan urgen.


Ayat-ayat iqra' turun pada malam 17 bulan Ramadhan. Dari sini juga kelihatan betapa tingginya nilai dan kedudukan ayat-ayat ini. Baiklah, kita lihat saja keutamaan (فضائل) Ramadhan dan peristiwa-peristiwa penting dan menentukan di dalamnya:

 

• Meletusnya Perang Badar Kubra yang menentukan masa depan dakwah Islam.


• Penaklukan Kota Makkah yang menyikat habis area Islam dari sesembahan berhala.


• Bulan pilihan yang di dalamnya ada lailatul qadar yang bernilai lebih dari 1.000 bulan.


• Diturunkannya Al-Qur'an sebagai pedoman hidup untuk seluruh manusia.


• Bulan pilihan untuk ibadah puasa sebagai tanda syukur kepada Allah.


• Bulan pilihan untuk shalat tarawih.


• Bulan pilihan untuk meningkatkan segala aktivitas dan pahala ibadah.


Seorang kaligrafer atau khattat wajib mengetahui keutamaan ini, yang menempatkan anasir tulis baca secara tepat diturunkan di waktu yang sangat strategis, yaitu bulan Ramadhan yang penuh berkah.


Unsur tulis dan unsur baca, dalam kerangka ini, mengandung hikmat-hikmat yang mencakup: kemurnian tauhid, keyakinan Islam sebagai kebenaran, kebenaran janji Allah, wawasan ilmu pengetahuan, pasrah sepenuhnya kepada Allah, dan konsep tentang kemasyarakatan.


Didin Sirojuddin AR, dosen pada Fak Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah. Ia juga aktif membina Lembaga Kaligrafi (Lemka).