Pusaka KH A. Wahab Muhsin dalam Konteks Covid-19 (Bagian 3-Habis)
NU Online Ā· Jumat, 1 Mei 2020 | 13:30 WIB
Pusaka ketiga: āanni massaniyad-durru wa anta ar-hamur-rahiminā. (sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang).
(Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah) Al-Anbiya: 84
Ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dari kisah Ayub AS, khususnya dalam konteks covid-19, antara lain ia mengajarkan kebesaran hati dan kesadaran diri melakukan karantina mandiri, karena dengan karantina penyakit tidak akan menyebar kepada orang lain. Ia sadar penyakitnya menular dan membahayakan orang lain. Ia memilih jalan sunyi, mengisolasi diri, agar tak mengganggu kenyamanan orang lain. Lalu ia mengadu dan berdoa hanya kepada Allah, bukan mengadu pada makhluk.
Ia sebutkan apa yang menjadi kesusahannya, lalu menyebut asma Allah atau nama-nama-Nya yang baik (asmaul husna) sesuai dengan konteks doa. Maka di musim wabah corona yang membawa korban cukup banyak dan memporakporandakan perekonomian ini, mari kita melakukan karantina mandiri. Bagi orang yang sehat bisa menjaga diri agar tidak ditulari orang lain. Bagi yang kebetulan sakit, maka penyakitnya tidak akan menularkan kepada orang lain. Mari kita menengadah berdoa memohon hanya kepada Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Penyembuh agar segera menghilangkan corona, khususnya dari muka bumi Indonesia ini. Semoga Allah SWT mengabulkan doa kita, sebagaimana Allah SWT telah mengabulkan doa nabi Ayub AS.
Pusaka keempat: wa ufawwidu amri ilallah, innallaha baį¹£irum bil-āibad (Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya).
Wirid ini diambil dari surah Ghafir: 44. Penyerahan segala urusan kepada Allah SWT semata adalah sejalan konsep tawakal yang banyak sekali disebutkan dalam Al-Qurāan. Rasulullah SAW telah memberi contoh bagaimana tawakal yang benar sewaktu menjawab pertanyaan seorang sahabat kepadanya: Ya Rasulallah apakah hewan ini ditambatkan dulu lalu bertawakal atau hewan itu dilepaskan lalu saya bertawakal? Rasulullah saw menjawab: tambatkanlah hewan itu, setelah itu bertawakallah. (HR Tutmudzi/ Shahih Sunan Turmudzi II/610).
Dalam konteks covid-19 ini, agar umat Islam terhindar dari wabah corona, terlebih dahulu diharuskan melaksanakan seluruh protokol kesehatan yang dianjurkan oleh dokter, paramedis dan pemerintah. Kalau itu semua sudah dilaksanakan maka serahkanlah semua urusan covid-19 itu kepada Allah SWT. Perlu disadari bersama bahwa berikhtiar sama seperti tawakal kepada Allah SWT, keduanya diperintahkan agama. Semoga Allah SWT berkenan menerima ikhtiar kita dan mengabulkan segala doa kita.
Pusaka kelima: surah Al-Insyirah atau Alam Nasyrah. Surah Al-Qurāan nomor 94. Surah Al-Insyirah terdiri dari 8 ayat, surah yang menegaskan tentang nikmat-nikmat Allah SWT yang diberikan pada Nabi Muhammad SAWĀ dan umatnya, serta pernyataan bahwa kesukaran itu satu paket dengan kemudahan. Di dalam surah ini mengandung ibrah (pelajaran) yang bisa diambil, salah satunya adalah bahwa setiap orang pasti mengalami kesulitan, dan setiap kesulitan pasti satu paket dengan kemudahan. Di sini manusia dididik Al-Qurāan untuk meneladani akhlak Rasul SAW perihal sikapnya yang optimisme dalam menyelesaikan berbagai ujian, rintangan dan cobaan kehidupan.
Kata al-āusr (kesulitan) yang disebutkan sebanyak dua kali dalam bentuk definitif (baca: maārifah). Walaupun disebut dua kali, tapi dalam pemaknaannya hanya dihitung satu kali kesulitan. Sementara itu, kata yusr (kemudahan) dideskripsikan dengan indefinite article (baca: nakirah) yang mengindikasikan makna kemudahan lebih dari satu kali. Maka makna yang terkandungnya adalah, bahwa ada satu kesulitan disusul dengan dua kemudahan. Menurut Ibnu āAsyűr penggunaan kata maāa dalam kalimat inna maāal-āusri yusra mengandung makna betapa dekatnya jarak antara kesusaahan dan kemudahan.
Dalam kondisi covid-19 ini sudah barang tentu banyak sekali kesulitan yang dialami seluruh manusia, keterbatasan bersoaialisasi, keterbatasan berusaha, penurunan pendapatan, serta senantiasa dihantui rasa ketakutan dan kecemasan. Maka marilah kita perbanyak membaca surah Al-Insyirah, semoga sesuai dengan isi kandungan surat itu, Allah SWT segera mengganti kesusahan/kesulitan ini dengan berbagai kemudahan yaitu antara lain hilangnya wabah corona, sehingga kita semua dapat beraktivitas sebagaimana biasanya.
Namun perlu diperhatikan bunyi penutup surat ini, āMaka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,ā (7) Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (8).
Namun, nanti begitu segala urusan yang berhubungan dengan corona ini selesai, marilah kita mengerjakan pekerjaan lainnya yang lebih produktif, bermanfaat dengan memperhatikan aturan kesehatan, lingkungan, dan aturan- aturan Pemerintah, serta hanya kepada Allah SWT kita berdoa dan berharap.
Penulis adalah Guru Besar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Ā
Terpopuler
1
Gus Yahya Ajak Seluruh Pengurus NU Siapkan Muktamar Ke-35 sebagai Jalan Terhormat dan Konstitusional
2
Pertemuan Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah di Lirboyo Putuskan Muktamar Ke-35 NU Bakal Digelar Secepatnya
3
KH Miftachul Akhyar Undang Rapat Konsultasi Syuriyah dengan Mustasyar PBNU di Pesantren Lirboyo
4
Gus Yahya Tanggapi KH Miftachul Akhyar soal AKN-NU, Peter Berkowitz, hingga Dugaan TPPUĀ
5
KH Miftachul Akhyar Sampaikan Permohonan Maaf terkait Persoalan di PBNU
6
Khutbah Jumat: Rajab, Shalat, dan Kepedulian Sosial
Terkini
Lihat Semua