Komisi X DPR Dorong Kemendikbud Terus Fasilitasi dan Sempurnakan PJJ
Jumat, 25 Desember 2020 | 04:00 WIB
Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Syaiful Huda meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus bergerak lebih baik lagi dalam memfasilitasi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
"Kemdikbud terus menyempurnakan sistem PJJ. Gerakan partisipasi masyarakat dalam mendonasikan gawai dan pemberian Wifi gratis bagi siswa yang membutuhkan harus terus digalakkan. Juga Kemendikbud bisa mendorong kerja sama lintas kementerian agar kendala utama PJJ yakni ketersediaan gawai dan kuota data bisa teratasi," kata Syaiful Huda kepada wartawan, Kamis (24/12).
Anggota Parlemen Daerah Pemilihan Jawa Barat VII itu menegaskan bahwa memang PJJ tidak sepenuhnya berjalan efektif. Akan tetapi, pembelajaran tatap muka di sekolah pada awal semester ini dikhawatirkan akan menimbulkan maraknya penyebaran Covid-19, khususnya kepada para pelajar, tenaga pendidik, dan tenaga kependidikan.
"Memang benar, jika di daerah, sekolah mendesak dibuka mengingat tidak efektifnya pola pembelajaran jarak jauh (PJJ). Kendati demikian, harus dipastikan berdasarkan data yang ada risiko jika sekolah tetap dibuka di Januari nanti," imbuhnya.
Oleh karena itu, Syaiful meminta kepada pemerintah untuk mengkaji ulang perihal pembukaan pembelajaran tatap muka mengingat kekhawatiran yang dialami para orang tua ini.
"Dalam beberapa hari terakhir ini, kami menerima banyak sekali masukan dari orang tua murid yang khawatir jika sekolah jadi dibuka kembali bulan depan. Mereka khawatir dengan penyebaran COVID-19 yang kian tak terkendali," ujar politisi Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) itu.
Banyaknya aktivitas perjalanan akhir dan awal tahun karena libur panjang ini diprediksi meningkatkan kasus Covid-19. "Akhir bulan ini tren peningkatan kasus COVID terus terjadi. Saya memprediksi kondisi ini akan terus berlanjut hingga bulan depan mengingat maraknya orang mudik dan liburan akhir tahun," ujarnya.
Apalagi, tingkat kematian anak akibat virus yang kali pertama ditemukan di Wuhan, China itu mencapai 0,7 persen. Persentase ini, lanjutnya, sama dengan tingkat kematian orang dewasa.
"Tingkat kematian anak akibat COVID-19 sama dengan tingkat kematian kasus COVID-19 pada usia 18-30 tahun dengan rata 0,7 persen. Fakta ini menunjukkan bahwa risiko COVID-19 pada anak hampir sama dengan risiko COVID-19 pada usia dewasa. Jadi memang butuh kehati-hatian ekstra," pungkasnya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua