Warga Jember, Jawa Timur tak banyak tahu terhadap sosok yang satu ini. Kendati kiprahnya di bidang pertanian cukup moncer, namanya seolah tenggelam di tengah keriuhan politik dan banyaknya tokoh lokal yang kerap muncul di panggung-panggung publik.
Haji Slamet –demikian sapaan akrab pemilik nama lengkap Slamet Sulistiyono. Ia lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, ketika kalender menunjuk pada angka 7 Februari 1975. Sekilas orang tak menyangka bahwa dia adalah seorang pimpinan sebuah perusahaan benih nasional. Sebab, tongkrongannya biasa-biasa saja. Haji Slamet biasa berbaur dengan masyarakat, ikut tahlilan, berada di tengah-tengah warga Nahdliyin pada umumnya.
Haji Slamet adalah satu dari sedikit tokoh NU yang punya kemampuan di bidang perbenihan. PT Benih Citra Asia (BCA), yang dimilikinya, bukan hasil akuisisi yang hanya bermodalkan kekuatan finansial. PT BCA ia bangun berangkat dari pengetahuan di meja belajar, pengalaman di sejumlah perusahaan benih, dan bahkan pengalamannya dalam bertani.
Haji Slamet mengaku tak pernah bercita-cita untuk memiliki perusahaan benih sebesar sekarang ini. Ia hanya ingin keluar dari kondisi keluarga yang kurang nyaman secara ekonomi. Orang tuanya hanyalah buruh perkebunan Kaliklatak di Banyuwangi. Meski demikian, ia berangan-angan untuk menekuni bidang pertanian.
Oleh karena itu, setelah lulus SMPN 4 Banyuwangi, ia melanjutkan ke Sekolah Menengah Teknologi Pertanian (SMTP) Sukorambi Jember yang sekarang bernama SMKN 5 Jember.
“Saya anak buruh kebun. Saya harus keluar agar sukses dan tidak terkungkung menjadi buruh kebun. Dan atas arahan guru saya di SMP, saya melanjutkan ke SMTP Jember,” kisahnya dimulai.
Perpindahan sekolah tersebut menjadi awal perubahan nasib dan kehidupan suami dari Tutik Indriati tersebut hingga seperti sekarang ini. Perkenalannya dengan benih, diawali dari tugas praktik lapangan oleh SMTP Jember. Saat itu, ia bersama sembilan temannya mengikuti Prakerja Industri di PT East West Seed Indonesia, perusahaan milik asing yang bergerak di bidang benih (1991). Karena kemampuannya yang mumpuni, setelah lulus SMTP Jember dia direkrut PT East West Seed Indonesia.
Haji Slamet kemudian diberi kepercayaan untuk memimpin sebuah divisi di perusahaan tersebut. Kendati dia hanya lulusan SMTP, namun anak buahnya waktu itu berasal dari perguruan tinggi bonafit seperti IPB, UGM dan sebagainya.
“Saya percaya pada kemampuan saya. Jadi saya pikir tak perlu berkecil hati,” jelasnya.
Tapi ia sadar bahwa ilmunya masih belum cukup, sehingga diam-diam kuliah meski akhirnya harus menerima resiko dipecat dari perusahaan. Setelah itu, ayah tiga anak itu malang melintang di sejumlah perusahaan benih hingga di tahun 2006 akhirnya mantap untuk mendirikan perusahaan sendiri bernama PT Benih Citra Asia (BCA).
Di bawah besutan lelaki berzodiak aquarius tersebut, kini PT BCA menjelma sebagai perusahaan besar di Indonesia yang memproduksi benih tanaman pangan dan hortikultura. Bahkan saat ini sudah mengembangkan 210 varietas benih.
“Saya ingin perusahaan benih saya bisa ekspor ke luar negeri, sudah menjajaki kerjasama dengan Nepal, Banglades dan China,” imbuhnya.
Haji Slamet mengakui pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) mempunyai peranan besar dalam menumbuhkembangkan perusahaan benih. Di antaranya adalah meningkatkan sumber daya manusia (SDM), baik di dalam maupun luar negeri, memberikan akses pasar terhadap proyek bantuan benih Kementan ke petani, dan sosialisasi peraturan perbenihan.
Selain itu, kata dia, Kementan juga memfasilitasi perusahaan agar mampu melakukan sertifikasi secara mandiri melalui lembaga setifikasi sistem manajemen mutu benih tanaman pangan dan holtikultura.
“Banyak fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah melalui Kementan untuk merangsang usaha perbenihan, dan itu saya rasakan sendiri,” ungkapnya.
Sebagai Wakil Bendahara NU Cabang Jember, tentu Haji Slamet tak ingin sukses sendirian. Ia merasa tak ada apa-apanya jika kiprahnya di bidang perbenihan tak membawa manfaat apapun bagi warga Nahdliyin. Haji Slamet memang mempunyai kepedulian yang besar terhadap petani. Dan ini bisa dimafhumi karena mayoritas warga NU adalah petani.
Oleh karena itu, Haji Slamet terus berusaha mencari terobosan bagi petani untuk mengembangkan pertaniannya melalui jaringan yang ia miliki. Misalnya program kerjasama budidaya kacang panjang, jagung dan sebagainya. Kendati program-program tersebut hasilnya kurang maksimal, namun paling tidak Haji Slamet sudah berusaha mengubah pemikiran arus besar petani agar tidak hanya bergantung pada tembakau yang justru sering membuat petani kolaps.
“Kalau padi, sudah tidak bisa diotak-otak. Tapi padi ‘kan hanya satu musim dalam setahun (tiga bulan). Nah selebihnya bisa dicoba dengan tanaman lain yang lebih bermanfaat dan berdaya guna,” urainya.
Memberdayakan petani adalah sebuah keharusan, lebih-lebih fluktuasi harga hasil pertanian kerap kali tak berpihak kepada petani. Dan pemberdayaan itu, telah dimulai oleh Haji Slamet, betapapun tidak bermaknanya. Namun harus disadari bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal, butuh waktu yang panjang. Tapi yang jelas, pemberdayaan petani bukan sekadar obsesi liar asalkan diikuti dengan ikhtiar yang nyata. Dan apa yang dicita-citakan Haji Slamet adalah ikhtiar panjang yang berangkat dari sebuah obsesi.
Kontributor : Aryudi A Razaq
Editor : Zunus Muhammad