Puisi

Puisi-puisi Zaki Zarung

Ahad, 16 September 2012 | 04:30 WIB


dunia sebatas nikmat
aku hanya akan menulis yang indah-indah saja
tak satu pun yang boleh beraroma airmata
seluruhnya nyanyian dan tarian pesta suka
tentang kebahagiaan tentang kemenangan
tentang senyum dan tawa yang tak lekang
<>hingga tiada lagi sengsara tak ada lagi derita
tak dijumpa lapar tak dimengerti tangis

hidup menghalalkan mimpi mengapa harus
memilih mimpi buruk?
susunlah pencapaian nikmat tertinggi
yang dapat dibayangkan lalu perlahan
kita bawa ke mana kita suka
tak perlu perjalanan pulang
tutup seluruh pintu menuju rumah
benar-benar hidup dalam dunia sebatas nikmat
sekali lagi tak perlu pulang
tak usah kembali ke kenyataan
terbanglah bersama balon-balon mimpi
meski kita selalu tahu tak pernah
sampai pada perwujudan

2009


di samping nisanmu
: syaikh ahmad marzuqi

di samping nisanmu harum kamboja
ada seribu semilir makna serentak
merasuk jiwa
dari gerisik daun jati ditikam rintik hujan
ada seribu tanya tiba-tiba merapat satu-satu
tentang dirimu wangi menegakkan mati
berkali-kali
menorehkan tanda di kening jamaah dan hati
di gunung-gunung di sisi tak dikenali negeri ini
pada setiap jiwa yang putih jejakmu terangkum
pada jalan lurus indah namamu menggaung
meski mati berkali-kali jiwa berbunga-bunga

itukah magnet doa-doa bagi ruhmu
yang kini di alam tak kasat mata?
adakah diri kan bermakna
saat lagi tak mengenal kata
sentuhan jari dan tatap mata?

diri hidup berkali-kali dalam kematian
nanti saat raga tak lagi hadir
adakah bunga tumbuh di atas nisan?
mengingat hidup tak melakukan apa-apa
selain berakrab dengan kekosongan

2008


bukan cerita tv
; joni af

seperti terlempar ke masa lalu
saat rumputan masih hijau
di bawah rumah panggung yang rimbun
reriuh seribu masalah di atasnya
yang belum tercium

dan ketika air kali membuat becek jalanan
menuju surau
dan cerita hantu menjelang petang
membuat enggan beranjak dari pembaringan
tak hendak diri mengaji meski belum ada tv
yang begitu memenjara mata dan hati

mulutmu memahat arca candi
relief hidup yang tak terlupa
ada mawar ada carun yang kesemua-mua
sangat santun mengalir hanyutkan diri di kali belajar
dari mulutmu kawan dari hati

jangan henti memahat, kawan
jangan henti
sebelum aku kembali ke penjara, kawan
ke dalam kotak tv

2007

 

ZAKI ZARUNG, adalah penulis, pendongeng, sutradara. Tinggal di Yogyakarta.

Terkait

Puisi Lainnya

Lihat Semua